Memperbaiki pola hubungan orang tuadengan anak

id hubungan orang tuan dengan anak, komunikasi orang tua dengan anak,komunikasi di keluarga,berita sumsel, berita palembang

Memperbaiki pola hubungan orang tuadengan anak

Ilustrasi - Membangun kedekatan emosional ibu dan anak. ANTARA/HO/Lotte Indonesia

Saat ini, orang tua harus belajar masuk ke dalam dunia anak, bukan sebaliknya, anak dipaksa untuk memahami keadaan orang tua. Komunikasi dua arah yang menempatkan kondisi jiwa anak merasa nyaman adalah pola pendidikan yang sesuai dengan zaman saat ini.

Dengan cara seperti itu, harga diri anak tidak runtuh, sekaligus menanamkan kesadaran pada anak untuk juga menghargai orang tua dengan tulus.

Pada keseharian, orang tua harus banyak berbicara dengan anak, meskipun topiknya hal-hal sepele, seperti bagaimana pengalaman anak di sekolah bersama teman dan gurunya. Atau bagaimana ketika anak membeli makanan di kantin sekolah. Anak harus dibiasakan mengungkapkan perasaannya kepada orang tua dengan rasa nyaman dan aman.

Dengan demikian, ketika anak menghadapi persoalan di luar rumah, termasuk dalam urusan asmara, ia akan merasa nyaman mengungkapkan curahan hati (curhat) kepada orang tuanya.

Kebiasaan anak curhat kepada orang tuanya merupakan pilihan yang aman daripada anak curhat kepada orang lain yang berkemungkinan akan menerima solusi yang tidak tepat.

Dengan pola komunikasi yang orang tua memberikan penghargaan nyata (terlihat) kepada si anak, anak juga banyak belajar untuk menghargai secara tulus kepada orang tuanya. Anak akan berpikir seribu kali untuk mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan oleh orang tuanya.

Bagi sebagian orang, mungkin akan merasa kesulitan untuk memulai komunikasi dua arah dengan anak. Hal yang bisa dimulai adalah mendengarkan dengan tulus ketika anak bercerita sesuatu, dengan tanpa penyimpulan sepihak, apalagi dengan menghakimi.

Ketika anak bercerita sesuatu, sebetulnya ia tidak sedang memerlukan solusi. Anak hanya perlu didengarkan. Anak hanya perlu diperhatikan.

Keterampilan mendengarkan cerita orang lain, khususnya cerita dari anak, merupakan keterampilan jiwa yang khusus dan perlu dilatih.

Ketika anak bercerita tentang pengalaman hidup atau perasaan, tahanlah untuk menyimpulkan, apalagi kemudian menghakimi dan memotong cerita anak. Kembalilah kepada kesadaran bahwa anak hanya ingin didengar.

Dalam kaidah agama, Sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Thalib, mengingatkan agar anak dididik sesuai dengan zamannnya, bukan sesuai dengan zaman si orang tua.

Ayah, ibu, mari kita dengarkan anak-anak bercerita tentang dunianya. Cerita itu, mungkin sepele bagi pikiran orang dewasa, tapi istimewa dan penting untuk didengar bagi jiwa si anak.