Memperbaiki pola hubungan orang tuadengan anak

id hubungan orang tuan dengan anak, komunikasi orang tua dengan anak,komunikasi di keluarga,berita sumsel, berita palembang

Memperbaiki pola hubungan orang tuadengan anak

Ilustrasi - Membangun kedekatan emosional ibu dan anak. ANTARA/HO/Lotte Indonesia

Seorang gadis yang baru lulus SMA berteman akrab dengan pemuda yang mengarah ke hubungan asmara. Orang tua si gadis tidak suka dengan si pemuda dan keluarganya.

Suatu hari si gadis diketahui baru kembali dari berkunjung ke rumah si pemuda. Sampai di rumah si gadis mendapatkan penghakiman dari orang tua dan keluarga dekatnya. Ia dimarahi dengan pelabelan status sebagai gadis yang bertingkah tidak betul. Seorang gadis berkunjung ke rumah laki-laki dinilai melanggar norma.

Bukan hanya penghakiman biasa, si gadis juga dimarahi dari "segala arah" dan bersamaan, seolah dia telah melakukan pelanggaran norma susila.

Si gadis tentu saja syok. Ia merasa tidak melakukan kesalahan fatal karena pergi ke rumah pemuda itu bersama banyak temannya. Lokasi pertemuan juga tidak di tempat sunyi, tapi di rumah dan orang tua si pemuda juga ada di rumah.

Perasaan gadis belia itu kalut, hancur, dan harga dirinya runtuh. Di tengah kekalutan pikiran itu, dia kemudian memilih minggat. Pikiran dan perasaannya berkesimpulan bahwa di rumah itu ia tidak menemukan kedamaian. Bahkan, ia merasa tidak pantas berada bersama dengan orang tuanya.

Mendapati kenyataan itu, orang tua si gadis bingung. Kekalutan yang awalnya dialami si gadis kini berpindah ke jiwa dan pikiran orang tuanya.

Cerita di atas merupakan salah satu gejala dari pola hubungan orang tua dengan anak yang kurang sehat.

Pola relasi satu arah dalam keluarga agaknya perlu menjadi perhatian bersama. Saat ini zaman sudah berubah dan hal itu berimplikasi pada pola pendidikan anak dalam keluarga. Sesuai petuah Gibran, anak bukanlah milik orang tua. Anak adalah milik zaman yang pola pengunduhan pengetahuan dan perjalanan jiwanya berbeda dengan orang tuanya.

Komunikasi satu arah, di mana orang tua hanya berbicara ketika ingin menanamkan nilai-nilai atau saat hanya perlu kepada anaknya, sudah ketinggalan zaman. Apalagi, jika komunikasi orang tua pada anaknya hanya dalam bentuk marah-marah.