Perkembangan psikososial anak tergantung pola asuh stimulasi, kata IDAI

id Psikososial anak,pola asuh,hari anak,dokter anak,pada remaja, erikson, pada masa dewasa dini, anak prasekolah, anak usia sekolah, makalah perkembangan

Perkembangan psikososial anak tergantung pola asuh stimulasi, kata IDAI

Ketua Bidang Ilmiah Pengurus Pusat IDAI DR. Dr. Antonius H. Pudjiadi. (ANTARA/Muhammad Zulfikar)

Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan perkembangan psikososial pada anak akan tergantung pola asuh stimulasi hubungan interaksi sosial antara anak dan lingkungan sejak bayi khususnya dengan orang tua.

"Pertumbuhan anak ini mulai dari bayi sudah sangat tergantung dengan orang tuanya termasuk dalam pembentukan kepercayaan diri," kata Ketua Bidang Ilmiah Pengurus Pusat IDAI DR. Dr. Antonius H. Pudjiadi dalam diskusi dengan tema "Anak Terlindungi, Indonesia Maju" yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Kunci keberhasilan proses belajar di rumah bagi anak

Sebagai contoh pembentukan kepercayaan diri tersebut, kata dia, tergantung pada pola asuh orang tua sejak bayi misalnya dengan langsung mengganti popok anak saat mengompol.

Tindakan yang diambil orang tua itu akan menimbulkan keyakinan pada anak bahwa ada orang yang menolongnya saat dibutuhkan. Beda halnya jika tidak langsung diganti maka anak akan menangis terus menerus dan menimbulkan rasa ragu-ragu pada anak saat menginjak fase perkembangan berikutnya.

Baca juga: Cara tingkatkan kemampuan bersosialisasi anak tunggal

"Dia akan menjadi anak yang tidak berani saat berada pada fase 1-3 tahun. Tapi kalau ditolong, maka dia menjadi berani, percaya diri serta mau mencoba sesuatu yang baru," katanya.

Begitu pula pada fase usia 3-5 tahun, dengan tindakan sederhana orang tua menolong saat anak masih bayi, maka anak di usia tersebut tidak akan takut untuk mulai melakukan tindakan-tindakan lebih misalnya berlari-lari atau bermain bola.

Baca juga: Tips untuk orangtua yang kehabisan ide permainan bersama anak di rumah

Ia mengatakan tindakan pola asuh sejak bayi tersebut juga memengaruhi tumbuh kembang anak pada fase usia 5-12 tahun atau masa-masa sekolah yang menentukan anak menjadi seseorang yang aktif dan berani atau malah inferior.

Tidak hanya itu, hal tersebut juga berlanjut sebagai penentu saat anak beranjak dewasa ataupun tua baik akan menjadi seseorang yang bijak atau malah menjadi orang yang selalu menyalahkan orang lain.

"Intinya saat anak merasa nyaman saat kecil dan tau ada orang tua yang menjaganya, maka akan terbangun sikap percaya diri dan ia akan memiliki identitas," ujarnya.

Menurutnya, melindungi anak-anak sejak bayi dengan berbagai stimulasi adalah penting. Sebab, jika tidak maka anak akan selalu merasa takut salah saat melakukan setiap tindakan ke depannya.