BI prakirakan pertumbuhan ekonomi Sumsel 4,72-5,57 persen 2022

id Bank Indonesia ,BI,Sumsel,pertumbuhan ekonomi,ekonomi sumsel,inflasi

BI prakirakan pertumbuhan ekonomi Sumsel 4,72-5,57 persen 2022

Deputi Kepala Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Nurcahyo Heru Prasetyo. (ANTARA/HO)

Palembang (ANTARA) - Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan berada di kisaran 4,72-5,57 (year on year) persen pada tahun 2022.

Deputi Direktur Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel Nurcahyo Heru Prasetyo di Palembang, Rabu, mengatakan, perkiraan itu berdasarkan perkembangan ekonomi saat ini dan berbagai indikator makroekonomi.

Sementara pada tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Sumsel diperkirakan tetap tumbuh kuat sebagaimana tahun sebelumnya.

Sementara itu untuk perkembangan inflasi diperkirakan komoditas pangan tidak akan bergejolak tidak lebih dari 5,0 persen asalkan adanya sinergi dalam pengendalian.

“Ini penting menjadi perhatian demi mendukung terjaganya daya beli masyarakat dan dapat membawa inflasi kembali ke kisaran sasaran 3,0 plus minus 1,0 persen (yoy) pada 2023,” kata dia.

Di tengah gejolak ekonomi global saat ini, perekonomian Provinsi Sumatera Selatan terbukti memiliki resiliensi tinggi dan mampu bangkit lebih cepat.

Perekonomian Sumatera Selatan di triwulan III 2022 tumbuh 5,34 persen (yoy), dan telah berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi sebagaimana sebelum pandemi COVID-19 dengan pertumbuhan di atas 5,0 persen.

Dari sisi perkembangan harga, kenaikan harga pangan dan energi dunia telah berdampak pada peningkatan tekanan inflasi pangan ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Secara tahunan, perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Oktober 2022 tercatat sebesar 6,51 persen (yoy). Peningkatan inflasi di Provinsi Sumatera Selatan terutama didorong oleh inflasi volatile food.

Di tingkat nasional, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap kuat pada kisaran 4,5-5,3 persen, dan akan terus meningkat menjadi 4,7-5,5 persen pada 2024 didukung oleh konsumsi swasta, investasi, dan tetap positifnya kinerja ekspor di tengah pertumbuhan ekonomi global yang melambat.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) diprakirakan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3,0 plus minus 1,0 persen pada 2023 dan 2,5 plus minus 1,0 persen pada 2024, dengan inflasi inti akan kembali lebih awal pada paruh pertama 2023, seiring dengan tetap terkendalinya inflasi harga impor dengan nilai tukar Rupiah yang stabil dan respons kebijakan moneter.