Palembang (ANTARA Sumsel) - Bonus demografi yang diperkirakan bakal
diraih Indonesia pada 2025-2030 hanya dapat diraih dengan meningkatkan
kualitas dan kesejahteraan penduduk, kata Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional Surya Chandra Surapaty.
"Bonus demografi atau kependudukan ini adalah kesempatan untuk
menjadikan Indonesia lebih sejahtera karena pada masa itu jumlah
penduduk usia produktif mencapai 70 persen dari komposisi penduduk,
sementara yang tidak produktif (usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas).
Tapi bonus ini dapat lewat begitu saja jika penduduk usia produktif
tidak berkualitas," kata Surya dalam kuliah umum di UIN Raden Fatah
Palembang, Senin.
Di hadapan 3.900 mahasiswa baru Universitas Islam Negeri (UIM) Raden
Fatah itu, Surya mengatakan, peningkatan kualitas penduduk ini harus
dibarengi dengan penerapan pembangunan berwawasan kependudukan.
"Pada tahun 2030, Indonesia disebut-sebut bakal memiliki generasi
emas asalkan menyiapkan generasi mudanya sejak kini. Tapi, jika berbagai
pihak terkait tidak peduli maka bonus ini sejatinya menjadi bencana,
jadi mulai sekarang semua rencana pemerintah harus berwawasan
kepedudukan agar tepat sasaran," kata Surya.
Ia mengemukakan, pada 2030 itu, jumlah penduduk usia produktif
(15-64 tahun) diperkirakan jauh lebih banyak dibandingkan dengan warga
tidak produktif (balita dan lansia).
Pada 2015, Indonesia sejatinya telah memasuki gerbang bonus
demografi karena komposisi penduduk saat ini diketahui jumlah remaja
mencapai 64 juta jiwa, jumlah balita 24 juta jiwa, dan jumlah lansia
18-20 juta jiwa.
Namun, puncak bonus demografi ini diperkirakan terjadi pada
2028-2031 yakni saat 100 orang warga usia produktif menanggung 46,9
penduduk tidak produktif.
"Rendahnya tanggungan ini bisa menjadikan lompatan bagi Indonesia
untuk menjadi negara maju berpendapatan tinggi, bahkan Indonesia
diprediksi bakal masuk dalam negara baru yang menggusur Eropa dengan
sebutan `new bric` atau dikenal dengan sebutan `mint` yakni Mexico,
Indonesia, Nigeria, dan Turki," kata dia.
Namun, di sisi lain bisa menjadi suatu bencana apabila mereka yang
berusia produktif ini, ternyata kurang berkualitas sehingga tidak mampu
bersaing dalam berbagai sendi kehidupan.
"Inilah yang menjadi tantangan BKKBN ke depan, sehingga tidak
henti-hentinya mengingatkan pemerintah untuk membuat kebijakan yang
berwawasan kepada kependudukan. Jangan ragu, karena data yang dimiliki
BKKBN adalah data lapangan," kata dia.
Berita Terkait
BKKBN Sumsel lantik 163 penyuluh KB
Jumat, 3 Mei 2024 1:38 Wib
BKKBN RI sebut Provinsi Sumsel "on the track" penurunan stunting
Selasa, 30 April 2024 19:09 Wib
BKKBN dan ANTARA Biro Sumsel jalin kerja sama edukasi program pengentasan stunting
Selasa, 30 April 2024 17:13 Wib
Partisipasi masyarakat di posyandu kunci penting penurunan stunting
Senin, 29 April 2024 20:26 Wib
5 kabupaten raih nominasi terbaik Lomba Kampung KB Sumsel 2024
Kamis, 28 Maret 2024 23:30 Wib
Perempuan hamil maksimal usia 35 tahun cegah stunting
Rabu, 27 Maret 2024 12:27 Wib
Pertamina dukung pencegahan stunting di Palembang
Rabu, 28 Februari 2024 22:42 Wib
Kontak seksual sehat usia 20 tahun ke atas cegah kanker serviks
Senin, 12 Februari 2024 14:42 Wib