Palembang, (ANTARA Sumsel) - Penggunaan metode alat kontrasepsi
jangka panjang semakin meningkat dalam dua tahun terakhir setelah Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional gencar menyosialisasikannya
di masyarakat.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan Aan Jumhana
Mulyana di Palembang, Kamis, mengatakan bukti semakin diminatinya metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dapat terlihat dengan hilangnya gelar
ratu suntik bagi Sumatera Selatan.
"Gelar ratu suntik sudah tidak lagi melekat di Sumatera Selatan
karena akseptor KB sudah lebih banyak yang memilih mkjp yakni
menggunakan implant dan `intra uterine device` (IUD) atau spiral," kata
dia.
MJKP ini saat ini sedang digalakkan pemerintah karena memiliki
sejumlah keunggulan dibandingkan alat kontrasepsi pil dan suntik yang
harus dipakai setiap tiga bulan.
Para aseptor KB harus diberikan pemahaman bahwa MKJP inilebih aman,
efektif, dan efisien karena memiliki rentan waktu yang lama yakni untuk
bisa bertahan selama tiga tahun dan IUD masa 10 tahun.
Sehingga, secara kesehatan akan lebih aman, mengingat tubuh aseptor
tidak sering dimasukkan zat antibiotik secara periodik seperti saat
menggunakan alat kontrasepsi KB jenis pil dan suntik.
"Penggunaan pil dan suntik kerap menimbulkan efek samping bagi
pemakai, keadaan ini berbeda dengan IUD dan implant karena memasukkan
sejenis alat ke tubuh aseptor. Selain itu, penggunaan pil dan suntik
rentan sekali karena jika lupa maka bisa "kebobolan"," ujarnya.
Kepala Bidang KBKR Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
dan KB Kabupaten Banyuasin Ferry Sinarta membenarkan minat ibu berusia
subur untuk menggunakan MKJP semakin meningkat dengan ditandai
menurunnya permintaan alat kontrasepsi jenis suntik.
"Tahun lalu, Pemkab Banyuasin hanya meminta pengiriman alat
kontrasepsi suntik sekitar 4.000 dari 7.000 pada tahun sebelumnnya,
artinya sudah ada penurunan drastis," kata dia.
Program Kependudukan dan Keluarga Berencana belum berjalan dengan
semestinya berdasarkan hasil Survei Demografi Kependudukan Indonesia
(SDKI) 2012, mengingat terjadi peningkatan jumlah total angka kelahiran
atau Total Fertility Rate (TFR).
Angka TFR tercatat 2,6 per wanita usia subur (dalam 10 wanita usia
subur terdapat 26 anak yang terlahirkan) atau menyamai catatan SDKI 2007
(stagnasi).
Berdasarkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2015-2019 diputuskan laju pertumbuhan pendudukan menjadi 1 persen atau
menurun dari 1,8 persen per tahun, angka kelahiran total dari wanita
usia subur (TFR) menurun dari 2,6 menjadi 2,29, dan penggunaan alat
kontrasepsi modern berkisar 63 persen.
Berita Terkait
BKKBN Sumsel lantik 163 penyuluh KB
Jumat, 3 Mei 2024 1:38 Wib
BKKBN RI sebut Provinsi Sumsel "on the track" penurunan stunting
Selasa, 30 April 2024 19:09 Wib
BKKBN dan ANTARA Biro Sumsel jalin kerja sama edukasi program pengentasan stunting
Selasa, 30 April 2024 17:13 Wib
Partisipasi masyarakat di posyandu kunci penting penurunan stunting
Senin, 29 April 2024 20:26 Wib
5 kabupaten raih nominasi terbaik Lomba Kampung KB Sumsel 2024
Kamis, 28 Maret 2024 23:30 Wib
Perempuan hamil maksimal usia 35 tahun cegah stunting
Rabu, 27 Maret 2024 12:27 Wib
Pertamina dukung pencegahan stunting di Palembang
Rabu, 28 Februari 2024 22:42 Wib
Kontak seksual sehat usia 20 tahun ke atas cegah kanker serviks
Senin, 12 Februari 2024 14:42 Wib