Komandan Al Qaida di Mali tewas

id al qaida, tewas, pertempuran

...Abou Zeid, operator Al Qaida di Islam Magribi (AQIM) yang berpangkalan di Mali, tewas dalam pertempuran antara pasukan Chad dan para pejuang Islam pada 22 Februari...
Bamako (Antara/AFP) - Komandan Al Qaida di Mali tewas, kata Presiden Chad Idriss Deby Itno, menandakan pukulan berarti bagi gerilyawan dalam campur tangan tujuh pekan pimpinan Prancis terhadap pejuang itu.
        
Beberapa surat kabar di Aljazair, negara asal Abou Zeid, melaporkan kematian itu dan Washington menggambarkan berita tersebut "sangat dapat dipercaya".
        
Deby pada Jumat mengatakan, Abou Zeid, yang adalah operator Al Qaida di Islam Magribi (AQIM) yang berpangkalan di Mali, tewas dalam pertempuran antara pasukan Chad dan para pejuang Islam pada  22 Februari.
        
"Pada 22 Februari, kami kehilangan beberapa tentara di pegunungan Ifogha setelah menghancurkan pangkalan jihadis. Ini adalah pertama kalinya terjadi konfrontasi langsung dengan para gerilyawan," katanya.
        
"Tentara kami membunuh dua pemimpin jihad termasuk Abou Zeid," kata Deby, dan menambahkan bahwa  pasukan elit di antara pasukan gurun terbaik di benua itu telah memainkan peran kunci dalam serangan untuk membebaskan Mali utara.
        
TV Independen Aljazair Ennahar melaporkan awal pekan ini, bahwa Abou Zeid tewas di Mali utara bersama dengan 40 gerilyawan lainnya.
        
Di Washington, seorang pejabat AS berbicara dengan syarat tak disebut jatidirinya mengatakan, laporan kematiannya tampak "sangat kredibel" dan bahwa jika Abou Zeid memang dibunuh "itu akan menjadi pukulan signifikan bagi Al-Qaida di Magrib Islam".
        
Para pejabat Prancis sejauh ini bereaksi dengan hati-hati, dengan Presiden Francois Hollande mengatakan Jumat bahwa: "Laporan yang beredar itu tidak sampai ke saya untuk mengkonfirmasi mereka."
   
Pembunuhan Abou Zeid, seorang gerilyawan tegas terkait dengan penculikan dan eksekusi orang-orang Barat, akan menjadi sukses besar bagi pasukan Prancis, yang melakukan campur tangan di Mali pada pertengahan Januari untuk membantu menggulingkan gerilyawan yang mengusai wilayah utara.
        
Pemilihan presiden yang dimaksudkan untuk membawa  Mali keluar dari krisis akan berlangsung pada  Juli, kata kepala staf perdana menteri mengatakan Jumat, tanpa memberikan tanggal yang tepat.

"Langkah-langkah telah diambil untuk menghormati tenggat waktu," kata Boubacar Sow, kepala staf untuk Perdana Menteri Diango Cissoko, kepada AFP, sebulan setelah pejabat Presiden Dioncounda Traore berjanji akan menggelar pemungutan suara pada 31 Juli.
        
"Situasi keamanan di lapangan, kembali kepada pemerintah di utara
dan pengungsi serta penduduk yang terlantar adalah prasyarat yang kita
upayakan untuk temukan solusi cepat," kata Sow.
        
Pemilu adalah bagian dari peta jalan yang diadopsi dengan suara bulat oleh parlemen pada Januari untuk memulihkan pemerintah konstitusional dalam apa yang pernah dianggap sebagai salah satui negara demokrasi Afrika barat yang paling stabil.
        
Kritik-kritik mengatakan pada Juli adalah terlalu cepat untuk mengatur pemilihan presiden dan pemilihan parlemen mengingat masalah-masalah yang dihadapi Mali.
        
Serangan yang dipimpin Prancis terus berlangsung melawan gerilyawan di negara yang lemah karena perpecahan di kalangan militer dan di mana ratusan ribu orang telah meninggalkan rumah mereka.
        
Surat kabar Aljazair El Khabar Jumat melaporkan bahwa pihak berwenang di sana telah melakukan tes DNA untuk mencoba mengkonfirmasi kematian Abou Zeid.
        
"Dinas keamanan membandingkan DNA yang diambil dari dua kerabat dekat Abou Zeid dengan sampel yang diambil dari sisa-sisa tubuh yang disediakan oleh pasukan Prancis," katanya.
        
Abou Zeid (46 tahun), yang bernama asli Mohamed Ghedir, sering terlihat di kota Timbuktu dan Gao setelah gerilyawan menguasai bagian utara Mali tahun lalu, dan memicu kekhawatiran daerah itu bisa menjadi surga bagi kelompok garis keras.
        
Lahir di Aljazair dekat perbatasan dengan Libya, Abou Zeid diduga berada di balik serangkaian penculikan brutal di beberapa negara, termasuk warga Inggris Edwin Dyer, yang diculik di Niger dan dibunuh pada tahun 2009, serta pekerja bantuan Prancis Michel Germaneau, 78 tahun, yang dibunuh pada tahun 2010.
        
Abou Zeid diyakini menahan  sejumlah sandera Barat, termasuk empat warga Prancis yang diculik di Niger pada tahun 2010.
        
Dia diperkirakan memiliki sekitar 200 pejuang berpengalaman di bawah komandonya, terutama orang-orang Aljazair, Mauritania dan Mali, yang dilengkapi dengan baik dan sangat lincah.
        
Pengadilan Algiers tahun lalu menghukum Abou Zeid seumur hidup dalam satu persidangan "in absentia" karena telah membentuk kelompok bersenjata internasional yang terlibat dalam penculikan orang-orang asing.(AK)