Titik panas Sumsel menurun karena pengaruh cuaca

id bmkg sumsel, bmkg, titik panas, hotspot, titik api, kebakaran lahan, kebakaran hutan

Titik panas Sumsel menurun karena pengaruh cuaca

Ilustrasi - titik api (Antarasumsel.com/BMKG)

Palembang (ANTARA Sumsel) - Titik panas atau hotspot di Sumatera Selatan menurun karena pengaruh cuaca dan keaktifan manusia dalam memadamkan api, kata Kepala Seksi Informasi dan Observasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika SMB II Palembang Agus Santosa.

"Jika dibanding kemarin, jumlah hotspot sudah jauh menurun terpantau dari satelit sejak pukul 18.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB pagi ini, dari 53 menjadi 19 titik," kata Agus di Palembang, Selasa.

Ia menyebutkan, ke-19 hotspot itu terpantau di Banyuasin 1, Ogan Komering Ilir 1, Ogan Komering Ulu 2, PALI 2, Muratara 3, Musi Banyuasin 4, dan Musirawas 6 titik api.

"Yang jelas ini pengaruh hujan di beberapa lokasi, selain itu tidak dapat disampingkan juga upaya keras untuk memadamkan tiap titik hotspot yang ada," kata dia.

Meski terjadi penurunan tapi Sumsel tetap harus waspada karena sudah menyandang status merah sejak 4 Agustus 2016, yakni sebagai wilayah yang mudah terbakar berdasarkan analisis parameter cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Sebagian besar wilayah sudah tidak hujan berkisar 5 -10 hari. Jika pun hujan, maka hujan tersebut tidak merata dan hanya berintensitas rendah (20 mm/jam) sehingga potensi kemudahan terjadinya kebakaran tetap tinggi," kata dia.

Ia mengemukakan bahwa dengan status merah tersebut maka semua pihak harus meningkatkan kewaspadaan karena daerah ini memiliki 1,4 juta hektare lahan gambut.

Kondisi ini berbeda dengan di Jawa yang sebagian besar merupakan lahan mineral.

"Status mudah terbakar di Sumsel ini benar-benar suatu peringatan. Api bisa dari mana saja (sengaja dibakar, red), dan jika sudah menyala di lahan gambut maka sangat sulit dipadamkan," kata dia.

Kewaspadaan ini juga terkait perkiraan BMKG bahwa dari Agustus hingga September mendatang bakal mengalami kemarau basah, dan puncak musim kemarau (tidak ada hujan) terjadi pada September.

"Diperkirakan pada Oktober baru status Sumsel menjadi biru (aman)," kata dia.

Sementara itu, kebakaran lahan di jalan lintas Palembang-Inderalaya Km 19, Rabu (3/8), sekitar pukul 13.00 WIB yang menghanguskan lahan seluas 10 hektare.

Kebakaran tersebut dapat teratasi pada pukul 17.30 WIB dengan mengerahkan dua unit helikopter waterbombing, dan sarana prasarana penanggulangan kebakaran lainnya.

Sumsel fokus pada upaya pencegahan setelah sempat menarik perhatian dunia atas terbakarnya 736.563 hektare lahan pada 2015 yang 74 persennya berada di dalam area konsesi perkebunan HTI.