Portugal hentikan sementara suntikan AstraZeneca COVID-19

id Portugal, DGS, AStraZeneca,Grasa Freitas

Portugal hentikan sementara suntikan  AstraZeneca COVID-19

Ambulans dengan pasien terinfeksi COVID-19 mengantre di depan Rumah Sakit Santa Maria, tempat para pasien dipindahkan dari rumah sakit lain akibat tak berfungsinya pasokan oksigen, ditengah pandemi virus corona di Lisbon, Portugal, Selasa (26/1/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Pedro Nunes/HP/djo

Lisbon (ANTARA) - Portugal untuk sementara menangguhkan suntikan AstraZeneca COVID-19 pada Senin (15/3), mengikuti jejak beberapa negara Eropa lain di tengah kekhawatiran atas kemungkinan efek samping yang serius.

Sebelumnya, Spanyol, Prancis, Jerman, dan Italia telah bergabung dengan Denmark, Norwegia, dan beberapa negara lain untuk menangguhkan penggunaan vaksin itu setelah ada laporan pengentalan darah pada beberapa pasien yang telah menerima vaksin itu.

Grasa Freitas, kepala otoritas kesehatan DGS (Direktorat Jenderal Kesehatan) Portugal , mengatakan pada konferensi pers bahwa meskipun efek samping itu "sangat parah", efek samping itu "sangat jarang"

Freitas menambahkan bahwa sejauh ini tidak ada kasus serupa itu dilaporkan di Portugal.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak ada bukti bahwa insiden-insiden itu (pengentalan darah pada pasien setelah divaksin) disebabkan oleh vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca, sebuah perusahaan Inggris-Swedia, dengan Universitas Oxford.

Regulator obat-obatan Uni Eropa (EMA)  mengatakan akan bertemu pada Kamis (18/3) untuk menganalisis situasi dan menegaskan kembali pandangannya bahwa manfaat obat itu lebih besar daripada risikonya.

Portugal, yang telah menderita 814.513 kasus dan 16.694 kematian, sejauh ini telah memberikan sekitar 1,1 juta dosis vaksin, dengan sebagian besar suntikan yang diproduksi oleh Pfizer-BioNTech.

Henrique Gouveia e Melo, kepala satuan tugas vaksinasi Portugal, mengatakan suntikan AstraZeneca yang sejauh ini tiba di Portugal akan disimpan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Sumber: Reuters