Baturaja (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatra Selatan menggelar rembuk stunting dalam upaya percepatan penurunan angka penyakit gagal tumbuh pada anak di wilayah itu.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) OKU Absan Lasim di Baturaja Kamis mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pencegahan stunting sejak dini.
Dia menjelaskan, rembuk stunting merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan pemerintah kabupaten/kota untuk memastikan terjadinya integrasi pelaksanaan intervensi penurunan stunting secara bersama-sama antara OPD penanggung jawab layanan dengan sektor atau lembaga non pemerintah dan masyarakat.
Rembuk stunting tingkat kabupaten ini bertujuan untuk menyampaikan hasil analisis situasi dan rancangan rencana kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi.
Kegiatan tersebut diikuti sebanyak 68 orang peserta mulai dari Sekretaris Daerah, Bapelitbangda, OPD terkait gizi dan sensitif, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Persagi hingga Lokus Stunting 2024.
"Kegiatan ini sebagai salah satu upaya percepatan penurunan stunting dengan target nasional turun menjadi 14 persen pada tahun ini," katanya.Pada kesempatan tersebut, Asisten II Setda OKU Hasan HD menyebutkan bahwa berdasarkan hasil riset Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) progres stunting di OKU menurun 4,2 persen, di mana tahun 2022 sebesar 19,89 persen turun menjadi 15,69 persen pada 2023.
Menurut Hasan, keberhasilan tersebut dapat dicapai berkat kerja keras pemangku kepentingan terkait yang bergotong royong dalam upaya menurunkan stunting seminimal mungkin.
Seperti Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten OKU yang telah maksimal dalam mengidentifikasi wilayah yang membutuhkan perhatian khusus dalam penanganan stunting, termasuk menyediakan data hingga melakukan pendampingan terhadap keluarga berisiko mengalami stunting.
Selain itu, dalam upaya percepatan penurunan stunting Pemkab OKU juga melaksanakan beberapa program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, seperti Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) yang berperan membantu pemerintah melalui pembinaan, penyuluhan, hingga mengatasi jika menemukan warga yang mengalami penyakit kekerdilan.
Program ini menyasar pada calon pengantin, ibu hamil, anak-anak, dan bayi umur dua tahun yang berasal dari keluarga miskin untuk dibantu makanan yang sehat dengan gizi seimbang secara gratis.