Pemkab Banyuasin butuh Rp6 miliar entaskan masalah sampah

id Sampah,Banyuasin,Sumsel,pupuk organic

Pemkab Banyuasin butuh Rp6 miliar entaskan masalah sampah

Ilustrasi- Tumpukan sampahrumah tangga non organik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Keramasan, Palembang, Sumatera Selatan. (ANTARA/M Riezko Bima Elko P)

Banyuasin, Sumatera Selatan (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, membutuhkan anggaran Rp6 miliar untuk mengatasi permasalahan sampah hingga tuntas di daerah itu.

Bupati Banyuasin Askolani Jasi di Banyuasin, Sumatera Selatan, Kamis, mengatakan anggaran tersebut untuk mengatasi masalah pengangkutan dan pengolahan sampah.

Pengangkutan sampah menjadi masalah karena saat ini sebagian besar alat pengangkutan di Banyuasin mengalami kerusakan cukup parah.

Menurut dia, atas kerusakan tersebut maka hanya sebesar 20 persen dari jumlah produksi sampah di Banyuasin per hari yang bisa diangkut dari setiap kawasan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Dinas Lingkungan Hidup Banyuasin mencatat jumlah produksi sampah rumah tangga non organik setempat mencapai 400 ton per hari, sehingga jumlah sampah yang terangkut hanya 80 ton per hari, selebihnya belum terangkut ke TPA.

“Melihat beban anggaran yang cukup besar dan masalah yang dihadapi soal sampah ini Banyuasin meminta bantuan armada truk kepada gubernur untuk meringankan,” ujarnya, harapannya masalah terkait sampah di Banyuasin dapat terealisasi tahun 2023 ini.

Sementara, ia menyebutkan, dari anggaran tersebut juga bakal dimanfaatkan dalam hal pengolahan sampah organik yang kemudian dianggap berpeluang ekonomi bagi masyarakat dan daerah.

Sampah organik tersebut dapat diolah di antaranya menjadi pupuk, sebagaimana yang saat ini sudah mulai dikembangkan di kawasan Desa Talang Buluh, Talang Kelapa, Banyuasin, kata dia.

Kabupaten Banyuasin memproduksi sampah organik mencapai 240 ton per hari.

Untuk itu, menurut dia, berdasarkan perhitungannya sampah tersebut dapat memiliki nilai jual Rp1.000 per kilogram maka bila semuanya dapat diolah maksimal menjadi pupuk potensi ekonominya mencapai Rp240 juta per hari bahkan mencapai Rp87,5 miliar per tahun.