Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono mengatakan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 lebih lambat mengalami mutasi dibandingkan dengan virus influenza.
"Di antara RNA virus, coronavirus sebetulnya cenderung lebih lambat mutasinya dibandingkan dengan infuenza virus," kata Sugiyono kepada ANTARA, Jakarta, Rabu.
Sugiyono menuturkan ada korelasi antara semakin pendek genom maka kecepatan mutasinya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin panjang ukuran genom maka semakin rendah kecepatan mutasinya.
Sebagai perbandingan, ukuran genom SARS-CoV-2 isolate Wuhan Hu-1 adalah 29.903 basa sedangkan ukuran genom H1N1 influenza virus adalah kurang dari setengahnya, yaitu sekitar 13.500 basa.
"Harapannya, lebih lambatnya mutasi SARS-CoV-2 ini memang disebut potensial untuk melakukan pengembangan vaksin dengan efektivitas yang lebih tahan lama, paling tidak dibandingkan dengan influenza virus," ujarnya.
Pada umumnya, virus yang memiliki material genetik berupa RNA memiliki kecepatan mutasi (mutation rate) yang tinggi dibandingkan dengan virus dengan material genetik DNA atau dibandingkan dengan organisme lain seperti bakteri dan protozoa.
"Secara general mutasi virus memang bagian dari siklus hidupnya," tuturnya.
Sugiyono menuturkan mutasi belum tentu berdampak pada karakteristik virus karena ada mutasi yang tidak selalu menyebabkan virus menjadi lebih infeksius atau lebih tinggi virulensinya. Itu dinamakan "silent mutation", yang berarti mutasi memang terjadi tetapi tidak memiliki efek pada karakteristik virus.
"Biasanya kalau mutasinya signifikan itu baru menimbulkan efek atau berpengaruh terhadap karakteristik virus tersebut," tuturnya.
Kecepatan mutasi juga menjadi pertimbangan dalam pembuatan vaksin. Bagi virus yang cepat bermutasi, maka vaksin harus ditinjau dalam jangka waktu tertentu seperti vaksin influenza. Apabila efektivitasnya turun, maka vaksin influenza perlu diperbarui agar efektif memberikan proteksi terhadap yang divaksin.
Berita Terkait
Kemenkes: 99 persen populasi Indonesia punya antibodi COVID-19
Jumat, 3 Februari 2023 15:56 Wib
Booster vaksin COVID-19 Pfizer efektif 9-10 bulan
Kamis, 11 November 2021 9:09 Wib
Mewaspadai Mu di tengah tren landai COVID-19
Selasa, 14 September 2021 15:15 Wib
LIPI teliti ekstrak jamur untuk anti SARS-CoV-2 penyebab COVID-19
Rabu, 2 Juni 2021 20:07 Wib
WHO minta pemeriksaan ulang studi COVID-19 pertama kali muncul di Italia
Rabu, 2 Juni 2021 8:25 Wib
Wemenkes: Varian baru COVID-19 tiga kali lipat lebih cepat menular
Kamis, 27 Mei 2021 13:37 Wib
Pakar: terapi plasma konvalesen butuh persyaratan agar efektif
Kamis, 20 Mei 2021 15:24 Wib
Pasien COVID-19 meninggal dunia di Bangka capai 56 orang
Sabtu, 15 Mei 2021 7:41 Wib