Baghdad (ANTARA) - Partai ulama Syiah populer di Irak Moqtada al-Sadr menjadi pemenang terbesar dari kursi parlemen dalam pemilihan pada Minggu (10/10).
Berdasarkan hasil awal dari beberapa provinsi ditambah ibu kota Baghdad, partai al-Sadr memenangkan lebih dari 70 kursi. Hasil itu dapat memberinya pengaruh yang cukup besar dalam membentuk pemerintahan.
Dalam pidato kemenangan yang disiarkan televisi setempat, Sadr menjanjikan pemerintahan nasionalis yang bebas dari campur tangan pihak asing.
"Kami menyambut semua kedutaan asing yang tidak ikut campur dalam urusan internal Irak," katanya.
Ia menambahkan bahwa perayaan akan berlangsung di jalan-jalan "tanpa senjata".
Pemilihan pada Minggu diadakan beberapa bulan lebih awal, sebagai tanggapan atas protes massa pada 2019 yang menggulingkan pemerintah.
Jumlah pemilih yang rendah menunjukkan bahwa pemungutan suara yang disebut sebagai kesempatan untuk merebut kendali dari elite penguasa tidak akan banyak membantu untuk menggulingkan partai-partai sektarian yang berkuasa sejak 2003.
Sadr meningkatkan kekuatannya di Irak sejak memenangkan 54 kursi dalam pemilihan pada 2018.
Ulama populer ini telah menjadi tokoh dominan dalam politik Irak.
Dia menentang semua campur tangan asing di Irak, termasuk Amerika Serikat.
Sadr menyerukan penarikan pasukan AS dari Irak. Amerika Serikat mempertahankan kekuatan sekitar 2.500 prajurit dalam perang berkelanjutan melawan ISIS.
Sumber : Reuters
Berita Terkait
Erzaldi-Fatah ditetapkan sebagai Gubernur-Wagub Babel terpilih
Kamis, 16 Maret 2017 9:42 Wib
Kota Pekanbaru lengang saat pemungutan suara
Rabu, 15 Februari 2017 15:20 Wib
Ahok temui warga pasar kemayoran
Selasa, 1 November 2016 11:35 Wib
Jangan sampai pilkada rusak NKRI
Jumat, 28 Oktober 2016 7:24 Wib
Megawati imbau Ahok hati-hati berikan pernyataan
Rabu, 12 Oktober 2016 14:53 Wib
DKPP: Penyelenggara pemilu berpegang pada aturan
Sabtu, 1 Oktober 2016 10:01 Wib