Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis paru dr. Budhi Antariksa, Ph.D., Sp.P(K) dari RSUP Persahabatan sekaligus Ketua Tim Peneliti Uji Klinis Ivermectin di Indonesia mengatakan bahwa ivermectin dapat mempercepat penyembuhan pasien COVID-19.
dr. Budhi menyebutkan ivermectin sudah digunakan dalam praktek kedokteran sejak tahun 1981 sebagai obat anti parasit atau cacing untuk manusia. Pada tahun 2012, penelitian menemukan bahwa ivermectin juga bisa menghalangi virus Zika, Dengue, West Nile, Influenza, HIV dan lainnya.
"Studi in vitro memperlihatkan kemampuan ivermectin dalam menghambat replikasi berbagai virus. Pada saat dia dihambat replikasinya, virus tersebut tidak dapat membelah diri jadi tidak bisa berkembang biak," ujar dr. Budhi dalam webinar "Kisah Sukses Ivermectin" pada Senin.
Menurut dr. Budhi, ivermectin berperan sebagai antiinflamasi dan dapat mencegah produksi sitoksin serta mediator inflamasi. Kemampuan ini dapat mempercepat penyembuhan sehingga membuat jumlah virus menurun dan mencegah memperburuk gejala.
Baca juga: PERKI: Keterisian rumah sakit di Jawa dan Jakarta capai 90 persen
Ivermectin mengurangi viral load dan melindungi dari terjadinya kerusakan akibat SARS-CoV-2 pada studi di hewan. Selain itu, obat ini mencegah transmisi dan berkembangnya COVID-19 pada pasien terinfeksi dan juga mencegah perburukan pasien dengan gejala ringan dan sedang.
"Ini juga bisa mencegah pasien masuk ICU dan mencegah kematian pada pasien COVID-19 yang dirawat dan mencegah kematian pada pasien COVID-19 yang kritis," kata dr. Budhi.
Baca juga: Polri cek persediaan tabung oksigen bagi pasien antisipasi kelangkaan
Meski demikian, dr. Budhi mengatakan di Indonesia uji klinis ivermectin masih dimatangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pemberian obat ivermectin juga bukan merupakan yang utama, namun dibarengi obat standar lain untuk penyembuhan COVID-19.
dr. Budhi juga menegaskan bahwa pemberian obat ivermectin harus dibarengi dengan resep dokter agar dosisnya sesuai sehingga masyarakat tidak menyalahgunakan penggunaan obat tersebut.
"Harus dengan pengawasan resep dokter, tentunya juga akan dilakukan edukasi-edukasi, lalu ada persetujuan pasien dan diterangkan efek sampingnya walau efek sampingnya jarang sekali," kata dr. Budhi.
Sementara itu, berdasarkan data Front Line Covid-19 Critical Care Alliance (FLCCC), dalam hal penanganan COVID-19, ivermectin telah digunakan di 33 negara, melalui 60 uji klinis dan melibatkan lebih dari 549 ilmuwan, serta 18.931 pasien dari berbagai negara. Hasilnya membuktikan bahwa ivermectin sangat efektif sebagai obat pencegahan maupun penyembuhan penyakit COVID-19.
Sebagai obat pencegahan, atau profilaksis, ivermectin efektif melawan COVID-19 rata-rata sebesar 85 persen sebagai pengobatan dini 76 persen, dan dapat mengurangi tingkat kematian sebesar 70 perse .
Di penelitian terbaru, hasil menunjukan ivermectin dapat menghalang perkembangan varian baru COVID-19 seperti varian asal Inggris, Vietnam dan India.
Berita Terkait
IDAI anjurkan berikan paracetamol saat suhu tubuh anak lebihi 38 derajat
Senin, 22 April 2024 17:34 Wib
BPBD beri paket selimut dan obat korban kebakaran di Palembang
Selasa, 9 April 2024 18:37 Wib
Tuberkulosis dapat dicegah dan diobati dengan terapi pencegahan
Senin, 25 Maret 2024 10:01 Wib
Sering berkumur dengan antiseptik bisa sebabkan mulut mudah kering
Selasa, 19 Maret 2024 14:41 Wib
Puluhan pelaku narkoba diringkus di Karawang
Selasa, 19 Maret 2024 1:05 Wib
Guru Besar UGM: AI dan big data bisa percepat pengembangan obat baru
Sabtu, 10 Februari 2024 11:19 Wib
Muba terima penghargaan percontohan cara distribusi obat baik
Minggu, 4 Februari 2024 13:38 Wib
Polisi ungkap peredaran obat keras Hexymer di "marketplace"
Kamis, 1 Februari 2024 16:40 Wib