"Ini titik pendaratan pertama kami di Morotai"

id morotai, perang dunia II morotai

"Ini titik pendaratan pertama kami di Morotai"

Salah satu bandara peninggalan PD II di Morotai (Foto pacificwrecks.com)

Matahari cukup terik menyengat kulit saat serombongan veteran dengan menumpang bus kecil tiba di ujung jalan lurus menjorok ke laut di Asrama Gantung, Morotai, Halmahera Utara.

Sejumlah veteran Trikora dan Dwikora bersama tiga veteran Tentara Sekutu Perang Dunia II dari Australia tiba di pantai yang seharusnya berpasir sangat putih, berair sangat biru, dan berdinding batu berwarna merah kusam.

"Ya, saya rasa ini tempatnya," kata Richard Mott sambil terus memandangi sudut-sudut pantai kecil  di sisi selatan Pulau Morotai tersebut.

Sebelumnya kepada ANTARA, kakek berusia 87 tahun ini sempat mengatakan, tidak ingat secara pasti titik pendaratan pertama dirinya yang kala itu tergabung dengan tentara Sekutu di bawah pimpinan Jendral Douglas MacArthur dari Amerika Serikat (AS).

Namun ia tidak pernah lupa akan pantai berpasir sangat putih, berair sangat biru, dan berdinding batu  merah yang ia lihat pada 15 September 1944 saat pertama kali mendarat di Morotai.

Ia meyakinkan kembali dirinya bahwa itu lah titik pertama ia bersama rekan-rekannya membuka jalan untuk menurunkan amunisi di salah satu pulau yang terletak di timur laut Halmahera Utara tersebut dengan bertanya pada rekan seperjuangannya Jim Banks.

Untuk lebih meyakinkan lagi Richard kemudian mendengarkan penjelasan pelestari sisa Perang Dunia II di Morotai Muchlis Eso yang siang itu merangkap sebagai guide tour para veteran.

Ia membenarkan penjelasan Muchlis bahwa sebelum mendaratkan pasukan di pantai nan cantik tersebut Sekutu memberikan selebaran pada penduduk untuk keluar dari rumah-rumah mereka, sebelum akhirnya Sekutu melancarkan tembakan hampir selama satu jam untuk mendesak mundur pasukan Jepang yang berada di sekitar pantai.

Richard dan Jim kembali tertegun sejenak. Pandangan mereka menerawang jauh ke pantai berpasir putih yang sayangnya tertutup oleh sampah rumah tangga dan ranting-ranting pohon yang hanyut dari laut.

Morotai tidak lah luas. Pulau yang baru pada tahun 2008 menjadi Kabupaten ini hanya memiliki luas 695 mil persegi atau 1.800 kilometer persegi (km2).

Meski demikian pulau yang juga pernah menjadi "base camp" operasi pembebasan Irian Barat ini menjadi pulau yang sangat istimewa karena letaknya yang strategis di bibir Pasifik.

Atas alasan itu pula Jenderal MacArthur memilih salah satu pulau terluar di utara Indonesia ini untuk dapat menggempur Jepang dan menguasai Filipina pada era Perang Dunia II.

          67 tahun lalu
Pandangan Richard  "menyapu" satu per satu pulau-pulau kecil yang berada di seberang pantai yang terletak di belakang Asrama Gantung, Morotai. Salah satu pulau tersebut merupakan Pulau Zumzum yang menjadi tempat persembunyian Jenderal Douglas MacArthur selama Perang Dunia II saat berperang melawan Jepang.

Entah apa yang ada dalam benak Richard kala itu. Namun sehari sebelumnya saat berada di atas kapal riset Baruna Jaya III milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ia mengatakan sangat bersyukur dapat kembali lagi ke pulau indah dan bersejarah itu setelah lebih 67 tahun meninggalkan pulau tersebut.

Meski pun ia berasal dari angkatan udara namun ia bergabung dalam Bataylon Konstruksi saat mendarat di Morotai. "Sea base itu lah nama panggilan kami," ujar Richard.

Tugasnya adalah membangun lokasi pendaratan dari laut mau pun landasan pacu untuk pesawat.

Dalam kurun waktu empat bulan berada di Morotai, dirinya bekerja tanpa putus selama tujuh hari untuk membangun landasan-landasan pacu dan lokasi pendaratan untuk memudian menjadi "basecamp" Sekutu menggempur Jepang membebaskan Filipina.

"Ada tiga 'shift' waktu itu, dan kami bekerja selama 12 jam sebelum digantikan oleh 'shift' berikutnya. Kami terus bekerja mengikuti putatan jarum jam tanpa berhenti," ujar dia.

Lebih dari 1.000 tentara AS dan 600 tentara Australia berada di Morotai saat itu. Dan ia ditugaskan selama kurang lebih empat bulan bersama "Sea Base" membangun landasan pacu dan pendaratan laut.

"Saya tidak hanya ditempatkan di sini (Morotai), tapi juga di pangkalan   Mindoro dan Balikpapan," kata kakek yang sudah memiliki tiga cicit tersebut.

Namun demikian Morotai menjadi tempat yang tidak mungkin dapat dilupakan mengingat di sini lah ia melihat bagaimana tentara Jepang menyerah dan berakhir pula masa Perang Dunia II.

"Saya lupa di mana lokasi tentara Jepang menyerahkan diri. Apa Anda tahu?" tanya Richard kepada Muchlis.

Dan Muchlis menyebut lokasi yang tidak begitu jauh dari monumen Trikora yang baru pada puncak pelaksanaan Sail Morotai 2012 diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Tidak begitu jauh. Lokasinya di seberang monumen Trikora," ujar Muchlis yang disambut anggukan oleh Richard.

Dalam napak tilas Perang Dunia II pada rangkaian acara Sail Morotai, Richard bersama dua rekan seperjuangan lainnya Bruce Plummer dan Jim Banks dapat mengunjungi masa lalu.

Tidak hanya tempat pendaratan pertama di Morotai, landasan pacu Pitu yang juga ia dan rekannya bangun, juga Pulau Zumzum tempat MacArthur bersembunyi.

Petualangan kembali ke masa lalu yang melelahkan untuk veteran berusia 85 hingga 87 tahun. Namun ketiga veteran tentara Sekutu dari Australia ini tampak senang dapat mengikuti acara demi acara yang ditetapkan panitia Sail Morotai 2012 ini.
(ANT-V002/Z002)