Susu kental manis berandil sebabkan stunting, edukasi terus digenjot
Palembang, Sumsel (ANTARA) - Kebiasaan mengkonsumsi susu kental manis oleh masyarakat menjadi salah satu penyebab angka stunting sulit turun.
"Jadi stunting itu salah satu penyebabnya merupakan apa yang dikonsumsi ibu dan anak. Biasanya pola makan yang diberikan oleh orang tua kepada anak salah, ada temuan orang tua memberikan susu kental manis padahal bayi masih usia di bawah 6 bulan sebagai pengganti susu formula atau ASI," ujar Kabid Kesmas Dinkes Sumsel Dedi Irawan di Palembang, Minggu.
Dedi menjelaskan biasanya hal itu karena pengetahuan tentang gizi untuk ibu hamil dan anak-anak yang masih minim.
"Ini bukan isu lagi, tapi sudah menjadi fakta bahwa susu kental manis menjadi salah satu penyebab stunting pada balita. Bayi usia di bawah 6 bulan seharusnya diberikan ASI saja, di atas 6 bulan diberi makanan pendamping sesuai dengan usia," jelasnya.
Ia mengatakan edukasi terkait gizi selalu dilakukan melalui kader sosialisasi, konseling ASI dan imunisasi selalu diberikan kepada masyarakat.
"Sudah tertanam sejak lama di masyarakat jika susu kental manis adalah susu, banyak yang belum paham bahwa susu kental manis kandungan gulanya 50 persen dan tidak baik untuk balita," katanya.
Sementara itu, Yayasan Abhipraya Cendekia Indonesia (YAICI) mengungkapkan pihaknya menggandeng Majelis Kesehatan PP Muslimat NU menggelar edukasi mengenai stunting, gizi buruk dan berbagai persoalan terkait lainnya.
"Kami ingin menyosialisasikan arti penting menjaga gizi anak dan pencegahan stunting," ujar Ketua Harian YAICI Arif Hidayat.
Ia menjelaskan balita dengan stunting yang tinggi masih banyak terdapat di daerah-daerah, namun angkanya berbeda tipis dengan perkotaan.
"Setelah melakukan survei di beberapa daerah di Kota Palembang, dari lima keluarga yang didatangi ada tiga keluarga yang terkena stunting. Ternyata rata-rata orang tuanya bermula memberikan susu kental manis," jelasnya.
Ia mengungkapkan batas usia anak menurut indikator statistik yakni 5 tahun, sedangkan yang dapat diselamatkan dari stunting yakni usia 2 tahun.
Selain itu, ia menambahkan bahwa di kalangan menengah ke atas juga hampir rata-rata tidak mengetahui SKM itu adalah gula.
"Bahkan mereka saat memberikan bantuan memasukkan SKM, masih banyak yang tidak tahu meski mereka kalangan atas. Jadi memang masih minim literasi bahwa SKM merupakan gula, tidak ada jaminan keluarga yang mampu anaknya terhindar dari stunting karena pola asuh yang salah itu dari retorasi yang minim," ungkap dia.
"Jadi stunting itu salah satu penyebabnya merupakan apa yang dikonsumsi ibu dan anak. Biasanya pola makan yang diberikan oleh orang tua kepada anak salah, ada temuan orang tua memberikan susu kental manis padahal bayi masih usia di bawah 6 bulan sebagai pengganti susu formula atau ASI," ujar Kabid Kesmas Dinkes Sumsel Dedi Irawan di Palembang, Minggu.
Dedi menjelaskan biasanya hal itu karena pengetahuan tentang gizi untuk ibu hamil dan anak-anak yang masih minim.
"Ini bukan isu lagi, tapi sudah menjadi fakta bahwa susu kental manis menjadi salah satu penyebab stunting pada balita. Bayi usia di bawah 6 bulan seharusnya diberikan ASI saja, di atas 6 bulan diberi makanan pendamping sesuai dengan usia," jelasnya.
Ia mengatakan edukasi terkait gizi selalu dilakukan melalui kader sosialisasi, konseling ASI dan imunisasi selalu diberikan kepada masyarakat.
"Sudah tertanam sejak lama di masyarakat jika susu kental manis adalah susu, banyak yang belum paham bahwa susu kental manis kandungan gulanya 50 persen dan tidak baik untuk balita," katanya.
Sementara itu, Yayasan Abhipraya Cendekia Indonesia (YAICI) mengungkapkan pihaknya menggandeng Majelis Kesehatan PP Muslimat NU menggelar edukasi mengenai stunting, gizi buruk dan berbagai persoalan terkait lainnya.
"Kami ingin menyosialisasikan arti penting menjaga gizi anak dan pencegahan stunting," ujar Ketua Harian YAICI Arif Hidayat.
Ia menjelaskan balita dengan stunting yang tinggi masih banyak terdapat di daerah-daerah, namun angkanya berbeda tipis dengan perkotaan.
"Setelah melakukan survei di beberapa daerah di Kota Palembang, dari lima keluarga yang didatangi ada tiga keluarga yang terkena stunting. Ternyata rata-rata orang tuanya bermula memberikan susu kental manis," jelasnya.
Ia mengungkapkan batas usia anak menurut indikator statistik yakni 5 tahun, sedangkan yang dapat diselamatkan dari stunting yakni usia 2 tahun.
Selain itu, ia menambahkan bahwa di kalangan menengah ke atas juga hampir rata-rata tidak mengetahui SKM itu adalah gula.
"Bahkan mereka saat memberikan bantuan memasukkan SKM, masih banyak yang tidak tahu meski mereka kalangan atas. Jadi memang masih minim literasi bahwa SKM merupakan gula, tidak ada jaminan keluarga yang mampu anaknya terhindar dari stunting karena pola asuh yang salah itu dari retorasi yang minim," ungkap dia.