Sejumlah warga di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, terutama korban terdampak banjir lahar dingin Gunung Marapi mengaku masih mengalami trauma dengan banjir susulan.
"Kalau dulu, saat hujan turun, maka tidur kita akan tambah nyenyak di malam hari. Sekarang tidak, kami takut jika hujan, trauma banjir lahar," ungkap salah seorang warga di Jorong Cangkiang, Nagari Batu Taba, Kecamatan Ampek Angkek, Agam Hatta Rizal, Kamis.
Ia mengatakan, setelah banjir lahar warga di kampungnya terpaksa ronda secara bergantian. Tak hanya menjaga kampung dari risiko pencurian, para warga ini juga terpaksa ronda di pinggir sungai demi memantau ketinggian debit air.
"Ronda makin intens terutama di kala hujan. Jujur saja, kami takut jika banjir kembali terulang," kata dia.
Menurutnya, setelah kejadian pada 11 Mei 2024 lalu, sudah sering terjadi peningkatan debit air sungai.