Akhlak untuk memuliakan pahlawan pangan

id Lebaran,idulfitri,pangan,pahlawan pangan,pertanian

Akhlak untuk memuliakan pahlawan pangan

Warga antre untuk mendapatkan hidangan saat Lebaran Ketupat di Sukolilo Baru, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (17/4/2024). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/wpa

Jakarta (ANTARA) - Baru saja umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri 2024. Di Tanah Air, Idul Fitri identik dengan ketersediaan makanan dan minuman yang berlimpah ruah.

Hal itu dapat dipahami karena memang salah satu makna fitri berasal dari kata ifthar yaitu makan kembali setelah dalam jangka waktu panjang berhenti. Ifthar kemudian diartikan berbuka atau sarapan.

Pendek kata Idul Fitri dapat juga dimaknai sebagai hari raya makanan di samping bermakna hari raya yang suci.

Menikmati makan dan minum di kala Lebaran mengingatkan kepada siapa pemberi pangan tersebut. Tentu secara hakikat pemberi pangan tersebut adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Namun, di balik itu terdapat pihak-pihak yang menjadi wasilah atau perantara sehingga pangan tersebut dapat terhidang di meja makan.

Mereka adalah petani, peternak, pemasok benih dan pupuk, pedagang, ekspedisi, hingga koki di dapur yang mengolah pangan tersebut sehingga dapat dinikmati.

Jika koki di dapur berada di rumah, maka juru masak tersebut adalah ibu atau asisten rumah tangga.

Demikian pula ketika koki itu di warung atau restoran, maka chef tersebut para pegawainya. Para koki itu dapat berada di rumah keluarga, kerabat, sahabat, dan tetangga yang berjasa menyediakan pangan.

Pada konteks inilah artikel ini dibuat sebagai ajakan pada saat Lebaran untuk membiasakan menghargai dan berterima kasih pada semua pihak yang telah menyediakan pangan dari hulu hingga ke hilir.

Dalam tradisi Islam, doa sebelum makan yang paling populer adalah yang tertulis pada Kitab Al Azkar yang ditulis oleh Imam Nawawi.

Pada kitab yang berisi doa-doa tersebut, Imam Nawawi menulis bahwa Rasulullah membaca doa sebelum makan yaitu Allaahumma baarik lanaa fii maa razaqtanaa wa qinaa aaaban naar, bismillaahir rahmaanir rahiim dengan makna kurang lebih: “Ya Allah, berkahilah kami pada rezeki yang telah Kau karuniakan untuk kami dan lindungilah kami dari siksa neraka. Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang.”

Untaian doa tersebut begitu populer, tetapi terkesan hanya berdoa untuk diri sendiri atau kumpulan orang yang hendak makan bersama meskipun menggunakan kata ganti nahnu atau kami.

Doa tersebut belum secara eksplisit mengungkapkan penghormatan, penghargaan, serta terima kasih kepada pihak-pihak yang menyediakan pangan.