Edy menjelaskan, banyak jebakan yang akan diterima seseorang jika banyak yang salah membagikan atau memviralkan sesuatu hal di dunia digital.
"Kalau salah itu akan terus ada, meskipun kita meninggal itu tetap ada dan tuduhan itu akan terus ada sehingga berisiko dalam agama," tuturnya.
Namun, lanjutnya, tak semuanya dalam dunia digital berdampak buruk, contoh seseorang yang menjadi seorang pemain game ESport kemudian kasus Sambo yang akhirnya terkuak.
"Ada juga gotong royong untuk kemanusiaan yang dihimpun melalui dunia digital," kata Edy.
Oleh karena itu, Edy berpesan solusi agar "selamat" di dunia digital ada tiga hal menurut panduan dari hadist, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
"Yang pertama harus ada sanad, usahakan informasi ada sumbernya dan ahlinya, yang kedua matan, yakni konten atau isi harus tabayyun atau adil dan tidak memihak serta harus ukhuwah atau untuk kepentingan publik, sedangkan yang terakhir, rawi, yakni media yang memuat informasi tersebut harus kredibel atau terverifikasi," ujar Edy.
Selain pemaparan tersebut, pihaknya juga menyerahkan secara simbolis buku "Kesalehan Digital" untuk Ketua Majelis Alumni IPNU Jatim HM Muzammil Syafii dan Ketua Umum PP (Pimpinan Pusat) IPNU M Agil Nuruz Zaman.