Palembang (ANTARA) - Kalangan perbankan di Provinsi Sumatera Selatan merealisasikan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp5,4 triliun per 30 Juni 2022 atau tumbuh 39 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan Provinsi Sumsel Lydia Kurniawati Christyana di Palembang, Rabu, mengatakan adanya pertumbuhan yang cukup signifikan ini menunjukkan bahwa kegiatan bisnis di Sumsel mulai menggeliat setelah terdampak COVID-19.
“Saat ini permintaan terhadap modal usaha mulai meningkat, diharapkan tren ini terus berlanjut sehingga serapan KUR di Sumsel menjadi optimal,” kata dia.
DJPb mencatat, tak hanya nilai serapan KUR yang meningkat, jumlah debitur juga mengalami peningkatan sepanjang Januari-Juni 2022 yakni berjumlah total 89.945 orang atau tumbuh 17 persen (year on year).
Baca juga: Penenun Songket Palembang manfaatkan KUR dan UMI
Pada periode tersebut, penyaluran KUR tertinggi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebesar Rp774,81 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 11.901 orang, sedangkan yang terendah di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) sebesar Rp39,09 Miliar dengan jumlah debitur sebanyak 746 orang.
Jika dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2021, pertumbuhan penyaluran tertinggi di Kabupaten Musi Rawas Utara sebesar 129 persen (YoY), dan yang terendah di Kabupaten Banyuasin sebesar 3 persen (yoy).
“Kami sudah meminta pemkab juga membantu untuk meningkatkan serapan KUR ini karena ada kabupaten yang hingga Juni baru merealisasikan 3 persen dari target,” kata dia.
Rita Zahara, debitur KUR penenun kain Songket Palembang mengatakan dirinya memanfaatkan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mengembangkan usaha.
Penenun songket di kawasan kenten Palembang ini mendapatkan pinjaman KUR dari Bank Mandiri pada awal tahun lalu senilai Rp50 juta yang digunakan untuk menambah jumlah karyawan.
“Permintaan tinggi, tapi saya susah untuk penuhi karena jumlah karyawan terbatas.Lantaran adanya tambahan modal dari pinjaman KUR itu, dirinya dapat menambah karyawan dari delapan orang menjadi 20 orang," kata dia.
Dengan begitu, ia pun dapat memanfaatkan momen bangkitnya ekonomi pasca pandemi karena saat ini pesanan kain songket bisa dikatakan melonjak signifikan.
Usaha pembuatan kainnya kini dapat memproduksi 20 lembar per bulan dari sebelumnya hanya 4-5 lembar dengan harga jual Rp1,5 juta-Rp10 juta per steel (kain dan selendang).
“Omset kini bertambah dari satu bulan hanya Rp40-50 juta saat pandemi, menjadi sekitar 100 juta,” kata dia.
Baca juga: Presiden Jokowi berharap BNI proaktif jadi jembatan UMKM