BPS: Mobilitas masyarakat meningkat, ekonomi menguat
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan mobilitas masyarakat mengalami peningkatan signifikan pada triwulan I 2022 yang berdampak pada menguatnya aktivitas ekonomi di dalam negeri.
"Triwulan I ini adalah gambaran mobilitas terbaik, di mana hampir semua aktivitas penduduk di beberapa tempat kegiatan sudah melebihi dari kondisi normal. Pergerakan mobilitas penduduk ini akan berpengaruh positif bagi kegiatan produksi, konsumsi, maupun investasi," kata Kepala BPS Margo Yuwono disiarkan virtual, Senin.
Margo menyampaikan mobilitas di tempat belanja kebutuhan sehari-hari sudah meningkat 27,46 persen dibanding kondisi normal. Demikian juga aktivitas masyarakat di tempat ritel dan rekreasi juga meningkat.
"Hanya di tempat transit yang belum pulih, tetapi kondisinya jauh lebih baik dibandingkan pada triwulan IV-2021 maupun triwulan I 2021," ujar Margo.
Pergerakan mobilitas penduduk tersebut berdampak pada kapasitas produksi terpakai industri pengolahan yang dilaporkan Bank Indonesia (BI) menjadi 72,45 persen dan indeks penjualan eceran ritel secara tahunan mengalami pertumbuhan 12,17 persen.
Selain itu Prompt Manufacturing Index yang dikeluarkan BI juga mencapai 51,77 persen, di mana angka tersebut lebih tinggi dibanding triwulan I-2021 yaitu 50,01 persen.
Sementara itu dari laporan PLN juga menunjukkan konsumsi listrik untuk segmen industri juga tumbuh meyakinkan yakni 15,44 persen, yang mengindikasikan aktivitas di sektor industri mengalami pertumbuhan.
Selanjutnya impor barang modal, bahan baku, dan konsumsi, masing-masing juga tumbuh di triwulan I jika dibandingkan tahun sebelumnya. "Untuk barang modal tumbuhnya cukup tinggi 30,68 persen. Kemudian bahan baku 33,44 persen, dan barang konsumsi 11,77 persen," kata Margo Yuwono.
Menurut dia, tumbuhnya impor barang modal seperti dua sisi mata uang, di mana satu sisi akan meningkatkan permintaan agregat pada komponen pembentukan modal tetap bruto, namun di sisi lain pada sektor suplai akan mampu meningkatkan kapasitas produksi.
"Meningkatnya bahan baku impor itu mengindikasikan kegiatan ekonomi di dalam negeri yang menggunakan barang impor juga mengalami peningkatan dan barang konsumsi juga mengindikasikan bahwa pendapatan masyarakat meningkat dengan meningkatnya impor barang konsumsi," ujarnya.
Kemudian dari sisi suplai dan konsumsi terlihat, penjualan mobil penumpang juga tumbuh 45,95 persen (Gaikindo). Lalu, jumlah penumpang angkutan udara juga meningkat 58,13 persen.
Selain itu jumlah wisatawan mancanegara yang datang melalui pintu masuk utama juga tumbuh impresif, mencapai 228,24 persen.
Di sisi lain penerimaan PPh Pasal 21 tumbuh 18,8 persen, di mana hal itu mengindikasikan bahwa laba perusahaan semakin meningkat sehingga pungutan pajak bagi pegawai juga semakin meningkat.
"Ini juga indikasi bahwa pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan," ujar Margo.
Kemudian, penerimaan PPh Badan tumbuh 136 persen. yang menandakan bahwa aktivitas ekonomi menggeliat di triwulan I-2022.
Margo menambahkan, pada sisi lain, seiring dengan membaiknya kondisi COVID-19, belanja barang dan bantuan sosial khususnya untuk penanganan COVID-19 dan masyarakat yang terdampak mengalami penurunan, masing-masing 33,99 persen dan 30,22 persen.
"Triwulan I ini adalah gambaran mobilitas terbaik, di mana hampir semua aktivitas penduduk di beberapa tempat kegiatan sudah melebihi dari kondisi normal. Pergerakan mobilitas penduduk ini akan berpengaruh positif bagi kegiatan produksi, konsumsi, maupun investasi," kata Kepala BPS Margo Yuwono disiarkan virtual, Senin.
Margo menyampaikan mobilitas di tempat belanja kebutuhan sehari-hari sudah meningkat 27,46 persen dibanding kondisi normal. Demikian juga aktivitas masyarakat di tempat ritel dan rekreasi juga meningkat.
"Hanya di tempat transit yang belum pulih, tetapi kondisinya jauh lebih baik dibandingkan pada triwulan IV-2021 maupun triwulan I 2021," ujar Margo.
Pergerakan mobilitas penduduk tersebut berdampak pada kapasitas produksi terpakai industri pengolahan yang dilaporkan Bank Indonesia (BI) menjadi 72,45 persen dan indeks penjualan eceran ritel secara tahunan mengalami pertumbuhan 12,17 persen.
Selain itu Prompt Manufacturing Index yang dikeluarkan BI juga mencapai 51,77 persen, di mana angka tersebut lebih tinggi dibanding triwulan I-2021 yaitu 50,01 persen.
Sementara itu dari laporan PLN juga menunjukkan konsumsi listrik untuk segmen industri juga tumbuh meyakinkan yakni 15,44 persen, yang mengindikasikan aktivitas di sektor industri mengalami pertumbuhan.
Selanjutnya impor barang modal, bahan baku, dan konsumsi, masing-masing juga tumbuh di triwulan I jika dibandingkan tahun sebelumnya. "Untuk barang modal tumbuhnya cukup tinggi 30,68 persen. Kemudian bahan baku 33,44 persen, dan barang konsumsi 11,77 persen," kata Margo Yuwono.
Menurut dia, tumbuhnya impor barang modal seperti dua sisi mata uang, di mana satu sisi akan meningkatkan permintaan agregat pada komponen pembentukan modal tetap bruto, namun di sisi lain pada sektor suplai akan mampu meningkatkan kapasitas produksi.
"Meningkatnya bahan baku impor itu mengindikasikan kegiatan ekonomi di dalam negeri yang menggunakan barang impor juga mengalami peningkatan dan barang konsumsi juga mengindikasikan bahwa pendapatan masyarakat meningkat dengan meningkatnya impor barang konsumsi," ujarnya.
Kemudian dari sisi suplai dan konsumsi terlihat, penjualan mobil penumpang juga tumbuh 45,95 persen (Gaikindo). Lalu, jumlah penumpang angkutan udara juga meningkat 58,13 persen.
Selain itu jumlah wisatawan mancanegara yang datang melalui pintu masuk utama juga tumbuh impresif, mencapai 228,24 persen.
Di sisi lain penerimaan PPh Pasal 21 tumbuh 18,8 persen, di mana hal itu mengindikasikan bahwa laba perusahaan semakin meningkat sehingga pungutan pajak bagi pegawai juga semakin meningkat.
"Ini juga indikasi bahwa pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan," ujar Margo.
Kemudian, penerimaan PPh Badan tumbuh 136 persen. yang menandakan bahwa aktivitas ekonomi menggeliat di triwulan I-2022.
Margo menambahkan, pada sisi lain, seiring dengan membaiknya kondisi COVID-19, belanja barang dan bantuan sosial khususnya untuk penanganan COVID-19 dan masyarakat yang terdampak mengalami penurunan, masing-masing 33,99 persen dan 30,22 persen.