BPJS: Tiap hari 640 ribu peserta gunakan fasilitas kesehatan
Manado (ANTARA) - Direktur Perluasan dan Layanan Peserta, BPJS Kesehatan Andayani Budi Lestari mengatakan, dalam sehari sebanyak 640 ribu peserta JKN-KIS mengakses fasilitas kesehatan (faskes) yang tersedia.
"Kenapa antrenya lama, karena memang yang mengakses (faskes) banyak," sebut Andayani saat konferensi pers di Manado, Kamis (27/2).
Meski begitu, sebut dia, BPJS Kesehatan terus berbenah diri membuat inovasi-inovasi yang lebih memudahkan peserta JKN-KIS mendapatkan layanan kesehatan di faskes yang tersedia.
Dia mencontohkan, pasien yang melakukan cuci darah tidak perlu lagi bolak-balik ke puskesmas untuk mendapatkan nomor antrean.
Saat ini, hanya dengan "finger print" bisa langsung mendatangi rumah sakit untuk mendapatkan layanan cuci darah, artinya lebih mudah dan tidak menunggu lama.
Andayani juga mencontohkan keluhan lamanya antrean di Rumah Sakit Siloam yang bisa diatasi dengan penggunaan antrean elektronik.
"Saat ini ada sebanyak 23 ribu faskes tingkat pertama dan 2.250 rumah sakit, akan tetapi tidak semudah membalikkan telapak tangan teknologi informasinya bisa tersambung, kami terus berproses menangani problem yang muncul," katanya.
Di beberapa rumah sakit dan puskesmas telah memulai dengan antrean elektronik, alurnya faskes tingkat pertama akan menyebutkan jam berapa mendapatkan layanan kesehatan setelah mengambil nomor antrean.
"Misalkan di RS Siloam jam mendapatkan layanan kesehatan jam 09.00 WITA, jangan datang jam 05.00 WITA. Apakah ini bisa selesai dalam waktu satu atau dua hari? Tentu tidak, ada banyak hal yang harus diperbaiki," ujar Andayani.
Dia mencontohkan lagi, untuk membangun rumah sakit ketika ada uang bisa segera berdiri, hanya saja mencari dokter untuk ditempatkan tidak bisa dalam waktu enam bulan sudah jadi.
Padahal kondisi riil saat ini, akses finansial sudah tinggi, orang yang sakit banyak dan peserta semakin sadar memanfaatkan JKN-KIS.
"Ini bukan hanya pekerjaan rumah BPJS, akan tetapi semua pemangku kepentingan bagaimana menyiapkan faskes maupun tenaga kesehatan. Kami berharap pemberlakuan antrean elektronik di RS Siloam mendapatkan perhatian," harap Andayani.
"Kenapa antrenya lama, karena memang yang mengakses (faskes) banyak," sebut Andayani saat konferensi pers di Manado, Kamis (27/2).
Meski begitu, sebut dia, BPJS Kesehatan terus berbenah diri membuat inovasi-inovasi yang lebih memudahkan peserta JKN-KIS mendapatkan layanan kesehatan di faskes yang tersedia.
Dia mencontohkan, pasien yang melakukan cuci darah tidak perlu lagi bolak-balik ke puskesmas untuk mendapatkan nomor antrean.
Saat ini, hanya dengan "finger print" bisa langsung mendatangi rumah sakit untuk mendapatkan layanan cuci darah, artinya lebih mudah dan tidak menunggu lama.
Andayani juga mencontohkan keluhan lamanya antrean di Rumah Sakit Siloam yang bisa diatasi dengan penggunaan antrean elektronik.
"Saat ini ada sebanyak 23 ribu faskes tingkat pertama dan 2.250 rumah sakit, akan tetapi tidak semudah membalikkan telapak tangan teknologi informasinya bisa tersambung, kami terus berproses menangani problem yang muncul," katanya.
Di beberapa rumah sakit dan puskesmas telah memulai dengan antrean elektronik, alurnya faskes tingkat pertama akan menyebutkan jam berapa mendapatkan layanan kesehatan setelah mengambil nomor antrean.
"Misalkan di RS Siloam jam mendapatkan layanan kesehatan jam 09.00 WITA, jangan datang jam 05.00 WITA. Apakah ini bisa selesai dalam waktu satu atau dua hari? Tentu tidak, ada banyak hal yang harus diperbaiki," ujar Andayani.
Dia mencontohkan lagi, untuk membangun rumah sakit ketika ada uang bisa segera berdiri, hanya saja mencari dokter untuk ditempatkan tidak bisa dalam waktu enam bulan sudah jadi.
Padahal kondisi riil saat ini, akses finansial sudah tinggi, orang yang sakit banyak dan peserta semakin sadar memanfaatkan JKN-KIS.
"Ini bukan hanya pekerjaan rumah BPJS, akan tetapi semua pemangku kepentingan bagaimana menyiapkan faskes maupun tenaga kesehatan. Kami berharap pemberlakuan antrean elektronik di RS Siloam mendapatkan perhatian," harap Andayani.