Pengamat: Metode pendidikan jangan indoktrinasi yang kaku

id Bimo Sasongko, pendidikan, reformasi pendidikan, karakter siswa, menerima pelajaran, konsultan pendidikan

Pengamat: Metode pendidikan jangan indoktrinasi yang kaku

Ilustrasi Seorang wali murid tengah menjemput anaknya usai mengikuti pelajaran . (Antarasumsel.com/Feny Selly)

Jakarta (Antarasumsel.com) - Pengamat pendidikan Bimo Sasongko mengatakan reformasi pendidikan dan pembentukan karakter siswa yang unggul tidak boleh melalui metode indoktrinasi yang kaku.

"Membentuk karakter dan sikap positif siswa perlu melalui pengajaran yang membuat siswa merasa riang gembira dan terbuka imajinasinya dalam menerima pelajaran," kata Bimo di Jakarta, Selasa.

Pendiri lembaga konsultan pendidikan internasional Euro Management itu mengatakan siswa tidak boleh merasa tertekan saat menerima pelajaran di kelas.

Mata pelajaran yang selama ini dianggap momok seperti matematika, ilmu pengetahuan alam dan bahasa asing perlu dibuat tidak menakutkan dan menjemukan.

"Pendidikan juga harus membenahi karakter siswa sesuai dengan semangat zaman, yaitu arti penting daya inovasi," ujarnya.

Untuk memancing daya inovasi, Bimo mengatakan guru harus diarahkan untuk menrangsang siswa membuat proyek ilmiah sederhana setelah pelajaran teori.

"Metode eksperimental menuntut para guru dan pengelola sekolah untuk lebih kreatif dan inovatif guna memperoleh modul-modul proyek ilmiah sederhana beserta informasi pendukungnya," tuturnya.

Menurut Bimo, Hari Pendidikan Nasional 2017 harus menjadi titik tolak untuk melakukan reformasi pendidikan nasional sebagaimana pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy bahwa reformasi akan dimulai pada tahun ajaran baru 2017-2018.

Reformasi pendidikan ditekankan untuk mengubah durasi waktu sekolah seperti jam kerja guru dan jam belajar siswa. Kegiatan belajar mengajar di sekolah akan diselenggarakan minimum delapan jam dalam sehari namun ditiadakan pada Sabtu dan Minggu.

Pada hari Sabtu dan Minggu, sekolah tidak boleh menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, tetapi tetap boleh menjalankan kegiatan-kegiatan tambahan seperti ekstrakurikuler, pramuka, atau latihan kepemimpinan.