Pemkab Musirawas stabilkan harga gas

id gas, gas elpiji

Pemkab Musirawas stabilkan harga gas

Gas elpiji tiga kg (Foto Antarasumsel.com/14/Feny Selly/Aw)

Musirawas (ANTARA Sumsel) - Pemerintah Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, tengah berupaya menstabilkan harga gas isi ulang ukuran tiga kilogram karena stok di pasaran cendrung menipis pascakenaikan harga gas secara nasional sepekan terakhir.

"Pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat rutin mengecek stok gas tiga kilogram pada tingkat agen, meskipun masih ada namun pada daerah tertentu stoknya menipis dan harganya nyaris tidak terjangkau masyarakat kalangan menengah ke bawah," kata Kabag Humas Pemkab Musirawas Edi Zainuri, Jumat.

Ia mengatakan setelah ada kenaikan dan kelangkaan stok gas akhir-akhir ini masyarakat mengeluh karena harganya tidak terjangkau dan kini mereka mencari alternatif lain untuk kebutuhan masak rumah tangga yaitu kembali menggunakan bahan bakar kayu.

Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah daerah mencari solusi dengan menambah stok gas tiga kilogram serta menstabilkan harga jual pedagang di pasaran yang saat ini mencapai di atas Rp25 ribu dari sebelumnya Rp17.500 per tabung isi ulang.

Kalau gas 12 kilogram saat ini hanya terbatas pada kalangan menengah ke atas karena harganya mencapai Rp125 ribu dari sebelumnya Rp85 ribu per tabung, stoknya pun tidak bergitu banyak ditingkat agen, ujarnya.

Ketua persatuan kelompok penyedap karet di Musirawas Ardian mengatakan warga kecil di beberapa wilayah kecamatan dan desa kembali akan menggunakan kayu bakar untuk memasak nasi karena sulitnya mendapatkan gas tiga kilogram.

Awalnya mereka mendapat pembagian tabung gas tiga kilogram gratis dalam pergantian minyak tanah ke gas tahun lalu, namun setelah harga gas isi ulang naik di atas Rp20 ribu per tabung warga tak mampu membeli bahan bakar tersebut.

Ia mengatakan sebagai buruh penyadap karet masyarakat tingkat perekonimian sangat turun akibat rendahnya harga jual getah karet tersebut, jangankan membeli gas untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja sulit.

Akibat stok gas langka dan harga jual isi ulang naik di pasaran, maka lebih baik menggunakan kayu bakar untuk masak nasi dan air minum, apa lagi kayu bakar dari ranting-ranting pohon karet cukup tersedia.

"Kami berharap harga jual getah karet kembali naik rata-rata Rp10 ribu dari sekarang berkisar antara Rp4.500-Rp5.000 per kilogram supaya bisa menyekolahkan anak, kalau dengan kondisi harga sekarang anak terancam putus sekolah," tuturnya.

Keluhan serupa juga diucapkan salah seorang penjual gorengan, Nanik (39) di pasar Simpang Priuk Kota Lubuklinggau mengharapkan pemerintah mengembalikan harga gas isi ulabg seperti biasa atau memasok tambahan tabung gas tiga kilogram yang saat ini cendrung menghilang.

"Kalau tidak melanggar hukum lebih baik menggunakan minyak mentah yang dijual pedagang dengan harga rendah, untuk minyak kompor memasak gorengan karena kalau menggunakan gas sangat mahal dan tidak dapat untung lagi," ujarnya.

Kondisi harga bahan pokok cendurng terus meningkat saat ini membuat masyakat bingung untuk menyambung hidup sehari-hari, karena tingkat transaksi masyarakat juga turun dampak dari anjloknya harga hasil pertanian dan perkebunan akhir-akir ini, ujarnya.

Salah seorang pedagang penampung getah karet di Muara Beliti Iin (46) mengaku selalu mengalami rugi akibat harga jual getah karet akahir-akhir ini tidak stabil, disamping jumlah timbangan dari pedagang besar selalu dikurangi.

"Kami membeli di getah karet di petani Rp5.000 per kilogram setelah itu dijual ke pedagang besar hanya dibeli Rp4.800 per kilogram, belum lagi dipotong susut timbangannya," ujarnya.

"Kami berharap harga getah karet asalan kembali naik, sehingga petani dan pedagang pengumpul bisa hidup layak seperti harga karet sebelumnya di atas Rp10 ribu per kilogram," tutur Iin.