Adapun untuk faktor risiko lain, kata dia, salah satunya tamoxifen.
"Tamoxifen itu salah satu obat untuk pengobatan kanker payudara. Tapi misalnya individu tersebut masih ada rahimnya, karena pemberian tamoxifen itu memacu hiperplasi endometrium, itu mempunyai risiko. Belum tentu jadi, tapi risiko," katanya.
Sementara untuk faktor genetik, kata dia, misalnya mutasi pada gen BRCA.
Gejala yang sering ditemukan adalah keluhan perdarahan pascamenopause. Oleh karena itu, dia menyebut pentingnya kontrol ke dokter apabila mendapati hal itu. Kanker rahim diketahui dari USG serta biopsi.
Pasien yang belum menopause namun mendapatkan gangguan serupa juga perlu memeriksakan diri untuk mengetahui gangguan yang dialaminya. Biasanya, kata Addin, hiperplasi pada perempuan belum menopause disebabkan oleh faktor hormonal.
"Saat ini belum ada deteksi dini untuk kanker rahim, seperti deteksi dini untuk kanker serviks," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter: Obesitas salah satu faktor risiko kanker rahim
Berita Terkait
Orang tua perlu kritis dalam menyaring isu kesehatan di media sosial
Senin, 18 November 2024 16:12 Wib
Menkes harapkan finalisasi cek kesehatan gratis selesai November
Jumat, 15 November 2024 12:01 Wib
Pemkot Palembang tingkatkan peran swasta layani kesehatan
Kamis, 14 November 2024 18:43 Wib
Dinkes Sumsel keliling wilayah perbatasan layani kesehatan warga
Kamis, 14 November 2024 12:57 Wib
Perubahan iklim dan kerusakan alam mempengaruhi kesehatan reproduksi
Sabtu, 9 November 2024 15:32 Wib
Bapanas: Pangan terkontaminasi bisa sebabkan diare dan hepatitis
Jumat, 8 November 2024 9:56 Wib
Peneliti ingatkan bahaya pembakaran sampah terbuka untuk kesehatan
Kamis, 7 November 2024 13:03 Wib
Layanan kesehatan jiwa untuk masyarakat
Kamis, 7 November 2024 10:46 Wib