Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr. (Cand) dr. Inggrid Tania M.Si (Herbal) mengatakan kombinasi herbal seperti daun ivy dan daun thyme bisa mengurangi batuk pada anak karena sifatnya antiperadangan.
“Kombinasi daun ivy (daun kelor) dan thyme untuk mengatasi batuk berdahak karena sifat anti-inflamasi dan antiperadangan kuat, maka bisa membantu meredakan peradangan pada bronkus yang sering terjadi pada anak-anak,” ucap Inggrid dalam acara HUT PDPOTJI yang diikuti secara daring di Jakarta, Minggu.
Inggrid mengatakan penggunaan daun ivy dan thyme dapat mengurangi peradangan pada batuk anak yang berupa alergi, atau yang menyebabkan asma karena hiper inflamasi. Secara uji klinis kombinasi ini terbukti aman dan efektif untuk terapi simptomatik terhadap batuk kering maupun berdahak.
Ekstrak daun ivy atau yang nama latinnya hedera felix, memiliki peran mukolitik alami yang berfungsi untuk mengencerkan dahak. Sementara untuk ekstrak daun thyme banyak dipakai secara tradisional dan modern untuk menekan peradangan dan membantu pengeluaran dahak yang produksinya berlebihan.
Kandungan minyak atsiri dari thyme, kata Inggrid juga bersifat antivirus untuk menghambat perkembangbiakan virus. Herbal lain yang secara global telah disurvei untuk mengurangi batuk adalah jahe, kamomil, ekinasea dan daun mint serta madu.
“Kalau untuk batuk pakai daun mint, kalau selesma pakai ekinasea banyak digunakan, meskipun bukan dari Indonesia tapi banyak digunakan di Eropa, Mediterania jadi sekarang banyak produk herbal yang mengandung bahan tersebut, herbal lain yang banyak dipakai pada kondisi batuk pilek misalnya thyme, jahe di samping bawang putih, bawang merah,” katanya.
Penggunaan dua bahan herbal ini juga perlu dikombinasikan dengan herbal lain yang bersifat menguatkan imun dan untuk mengurangi penggunaan antibiotika salah satunya ekinasea purpurea.
Ekinasea purpurea berkhasiat mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat bakteri yang sering kali menyertai infeksi virus yang bersifat ringan. Ketika herbal dengan ekinasea diberikan lebih dini maka bisa mencegah berkembangnya bakteri pada anak.
“Kombinasi herbal ditambah herbal yang bersifat imunomodulator membuat anaknya bisa lebih cepat sembuh baik itu misalnya karena penyebab infeksi virus atau penyebab non infeksi seperti alergi dan kita mencegah terjadinya infeksi sekunder bakteri sehingga terhindar dari penggunaan antibiotik,” jelasnya.
Inggrid mengatakan secara global beberapa tahun terakhir para orang tua semakin tinggi tingkat pengetahuannya untuk menggunakan herbal untuk kesehatan anak-anaknya, bahkan untuk membantu pengobatan. Ketika memutuskan memberikan herbal yang paling penting adalah memastikan herbal itu aman untuk anak. Jika menyiapkan sendiri, orang tua harus memahami betul bagaimana mengolah takarannya yang aman dan efektif, dan juga kombinasi apa yang baik.
“Kalau pengetahuannya belum cukup maka gunakan produk yang sudah ada di pasaran yang memiliki izin edar BPOM setidaknya itu keamanannya sudah terjamin dan biasanya kita bisa merasakan khasiatnya dan jangan lupa berkonsultasi ke dokter terutama dokter yang paham herbal agar pemakaian herbal aman dan juga efektif,” begitu penjelasan Inggrid.
Berita Terkait
IDAI anjurkan berikan paracetamol saat suhu tubuh anak lebihi 38 derajat
Senin, 22 April 2024 17:34 Wib
BPBD beri paket selimut dan obat korban kebakaran di Palembang
Selasa, 9 April 2024 18:37 Wib
Tuberkulosis dapat dicegah dan diobati dengan terapi pencegahan
Senin, 25 Maret 2024 10:01 Wib
Sering berkumur dengan antiseptik bisa sebabkan mulut mudah kering
Selasa, 19 Maret 2024 14:41 Wib
Puluhan pelaku narkoba diringkus di Karawang
Selasa, 19 Maret 2024 1:05 Wib
Guru Besar UGM: AI dan big data bisa percepat pengembangan obat baru
Sabtu, 10 Februari 2024 11:19 Wib
Muba terima penghargaan percontohan cara distribusi obat baik
Minggu, 4 Februari 2024 13:38 Wib
Polisi ungkap peredaran obat keras Hexymer di "marketplace"
Kamis, 1 Februari 2024 16:40 Wib