Palembang (ANTARA) - Pemerintah terus mendorong hilirisasi dan percepatan peningkatan nilai tambah hasil tambang batu bara.
Salah satu upaya mendorong hilirisasi dan percepatan peningkatan nilai tambah batu bara yakni melalui pemrosesan gasifikasi batu bara menjadi dimithyl eter (DME).
DME nantinya digunakan sebagai pengganti elpiji yang angka impornya terus bergerak naik setiap tahunnya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), impor elpiji pada 2020 telah mencapai 77,63 persen dari total kebutuhan nasional sebanyak 8,81 juta ton.
Tanpa upaya hilirisasi batu bara, rasio angka impor elpiji bisa naik menjadi 83,55 persen dari total kebutuhan 11,98 juta ton pada 2024.
Langkah penting dimulai ketika BUMN pertambangan PT Bukit Asam meletakkan batu pertama tanda dimulainya proyek hilirisasi gasifikasi batu bara menjadi DME pada 26 Januari 2022 di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Direktur Utama PT Bukit Asam (PT BA) Asral Ismail mengatakan hilirisasi DME itu merupakan proyek percontohan di Indonesia yang diharapkan Pemerintah segera terealisasi dalam waktu dekat.
Untuk merealisasikan proyek DME itu melibatkan tiga pihak yakni PT Bukit Asam sebagai penyalur bahan baku batu bara, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) Air Product sebagai penyedia teknologi gasifikasi, dan PT Pertamina sebagai offtaker (pembeli DME).
Setidaknya dibutuhkan waktu hingga 30 bulan dari ground breaking pada 2022 untuk menuntaskan proyek DME.
Proyek hilirisasi yang mendapat dukungan penuh Presiden Joko Widodo itu merupakan prioritas Pemerintah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020.