Allahu akbar..Allahu akbar.. Allahu akbar.. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar.. Allaahu akbar walillaahil hamd..
Alunan takbir terdengar dari dalam kompleks olahraga Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu. Pagi itu, seluruh umat Muslim di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Adha 1439 Hijriah bersamaan dengan kejuaraan Asian Games (AG) XVIII/2018.
Sumber suara itu berasal dari sebuah masjid bernama Ar-rahman, yang berlokasi tepat di seberang wisma atlet. Karpet sudah dibentangkan rapi untuk menyambut para jamaah.
Waktu menunjukkan pukul 06.00 pagi, ketika MD Khorshed Alom tiba di masjid. Anggota eksekutif National Olympic Committee (NOC) Bangladesh ini memilih duduk di pelataran masjid beralaskan karpet hijau.
"Lutut saya sudah terlalu lemah untuk naik tangga ke dalam masjid," kata pria berusia 85 tahun itu kepada Antara.
Sambil menunggu shalat Ied, Khorshed terus berzikir dan kerap tersenyum kepada setiap jamaah yang melaluinya.
Ia mengaku senang karena fasilitas JSC dan tuan rumah Indonesia menyediakan masjid yang dekat dengan wisma atlet sehingga mereka mudah untuk berdoa.
"Saya berdoa untuk kemenangan Bangladesh, Indonesia, dan semua Muslim," ujarnya.
Khorshed adalah satu dari sedikitnya 1.000 orang yang merayakan Idul Adha di Masjid Ar-rahman. Semua Muslim dari berbagai negara berkumpul di sana, tidak peduli dari mana mereka berasal dan latar belakang budayanya. Dari seragam yang mereka kenakan terlihat jelas ada yang berasal dari Arab Saudi, Uzbekistan, Pakistan, Malaysia, Bangladesh, dan juga Indonesia.
Kehadiran warga negara asing dari jazirah Arab menjadi pemandangan unik karena mereka mengenakan pakaian serba putih lengkap dengan sorban di kepala.
Atlet dan ofisial dari Arab Saudi dan Uzbekistan mengatakan di negara mereka Idul Adha sudah berlangsung pada Selasa (21/2).
"Tapi itu di Arab Saudi. Kami mengikuti aturan di mana kami berada di Indonesia. Ya tentu kami ikut Idul Adha hari ini," kata atlet menembak 31 tahun dari Arab Saudi, Atallah Nidaa Alanazi.
Ia mengatakan tahu ada salat Ied karena beberapa kali beribadah di Masjid Ar-rahman. Usai salat, Atallah yang datang bersama atlet lainnya yang bernama Safar Mohammed Aldosari, mengabadikan momen tersebut dengan gawai mereka.
"Indonesia sangat bagus menyediakan fasilitas bagi atlet Muslim untuk beribadah," ujarnya.
Kontingen dari Uzbekistan terlihat sangat menikmati suasana Idul Adha di Indonesia. Mereka ikut bersalam-salaman dengan jamaah masjid lainnya, meski tidak mengerti bahasa Indonesia sepatah katapun.
Pelatih tenis Uzbekistan, Samuk Abidov, mengatakan selama tiga kali dirinya mengikuti kejuaraan Asian Games, baru kali ini berbarengan dengan Idul Adha.
Peristiwa ini dinilainya sangat jarang terjadi, sehingga mendorong rasa penasarannya untuk bisa merasakan atmosfer merayakan Idul Adha di Indonesia.
"Saya tidak tahu Bahasa Indonesia, tapi saya merasa ketika beribadah itu semua sama. Idul Adha, Islam ini menyatukan kita semua," katanya.
Pengurus Masjid Ar-Rahman mengatakan ini adalah pertama kali dilaksanakan Shalat Ied di tempat itu. Biasanya pada saat bulan puasa, tempat itu selalu sepi atlet, sedangkan tidak ada permukiman warga di dalam JSC.
Pengurus masjid sudah melakukan persiapan sehari sebelumnya, sehingga bisa menampung sampai 1.500 orang untuk shalat Ied.
"Ya, ini pertama kali digunakan untuk Shalat Ied. Ada kebanggaan juga karena bisa dihadiri banyak orang dari berbagai negara," kata Ketua Masjid Ar-rahman, Soleh Harun, yang juga menjadi imam shalat Ied.
Keistimewaan Jakabaring
JSC Palembang berdiri di lahan seluas 360 hektare yang terdiri dari 24 arena cabang olahraga, dua wisma atlet dan juga danau besar di tengahnya. Selain itu, pemerintah daerah juga tidak mengabaikan aspek religi sehingga di kompleks itu juga dibangun masjid, gereja, pura dan wihara.
Pengawas JSC Rusli Nawi, adalah saksi hidup bagaimana pesatnya pembangunan daerah itu yang dahulu adalah hutan rawa gambut. Warga setempat menyebutnya daerah Ulu, sebelum disebut Jakabaring,.
"Daerah ini dulu adalah rawa-rawa. Yang ada hanya ular, biawak, preman," katanya.
Pembangunan mulai benar-benar menyentuh daerah Ulu ketika Letkol Ramli Hasan Basri menjabat Gubernur Sumsel. Sekitar tahun 1990, sekitar 1.000 hektare rawa gabut ditimbun untuk area pembangunan.
"Pasir dan lumpur diambil dari Sungai Musi dan Sungai Ogan, pakai mesin penyedot besar dan disemburkan pakai pipa yang panjangnya berkilo-kilo meter," katanya.
Lalu dari mana nama Jakabaring berasal? Rusli Nawi juga tahu persis sejarahnya karena pernah menjabat Camat Ulu II.
Menurut dia, nama itu awalnya adalah candaan ketika aparat pemerintah, TNI dan Polri melakukan penertiban penjahat di daerah Ulu.
Ia mengatakan kelompok-kelompok preman pada zaman itu didominasi oleh orang bersuku Jawa, Kaba, Batak, dan Komering. Jadi, Jakabaring adalah singkatan bagi kelompok preman, yang akhirnya kini menjadi nama area itu.
"Dahulu kalau mau operasi pengejaran (penjahat) sama Kapolsek dan Danramil, selalu kami bilang kami mau ke Jakabaring. Kenapa saya tahu, karena singkatan itu saya yang buat, dan sekarang sudah jadi nama kecamatan," katanya sambil tertawa.
Singkat cerita, pada pemerintahan Gubernur Alex Noerdin, pembangunan daerah Jakabaring makin pesat, bahkan kini menjadi tuan rumah AG 2018 bersama Jakarta. Ia masih ingat, sebelum ada masjid di area kompleks olahraga, umat muslim terpaksa shalat di bawah tenda.
"Ketika Palembang jadi tuan rumah SEA Games 2011, kami terpaksa shalat di tenda yang didirikan di belakang GOR Sriwijaya," kenangnya.
Penyelenggaraan AG 2018 yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha memberikan kenangan indah, tidak hanya bagi warga Palembang dan Indonesia, tapi juga umat Muslim dari mancanegara yang meramaikan pesta olahraga antar-bangsa di kawasan Asia itu. (T.F012/N002)