"Untuk Sumsel ditargetkan 2.500 orang petani sawit yang diusulkan, dengan total secara nasional 10.000 orang dengan modul/tema yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan petani. Kami mohon kesempatan ini dapat dimanfaatkan dengan baik,” kata Bagus.
Direktur Akademi Komunitas Perkebunan Stiper Yogyakarta (AKPY STIPER) Sri Gunawan menjelaskan secara teknis pelatihan terbagi menjadi lima kelas. Para peserta akan mendapatkan beberapa materi teknis panen dan pascapanen dari para instruktur yang berpengalaman.
Mulai dari cara memanen sawit yang benar sesuai dengan standar, kriteria buah sawit matang, cara-cara panen, dan alat-alat panen yang digunakan hingga pengiriman buah ke pabrik tidak boleh lebih dari 24 jam karena akan mengurangi kualitas.
“Hal ini dilakukan agar petani dapat memahami bagaimana cara memanen yang benar. Jadi, selain tonase tetapi kandungan minyak yang optimum. Itu target yang harus disampaikan kepada para petani. Sehingga petani mendapatkan hasil yang maksimal dan perusahaan juga akan menghasilkan minyak yang optimal,” jelasnya.
Kepala Dinas Perkebunan Sumsel Agus Darwa mengatakan program pengembangan SDMPKS melalui pelatihan petani kelapa sawit yaitu program yang sangat bagus untuk peningkatan kompetensi.
“Maka, kami berpesan kepada para peserta, ikuti pelatihan dengan baik. Dengarkan apa yang disampaikan oleh narasumber atau instruktur dan tanyakan apa yang kurang jelas. Sehingga, setelah mengikuti pelatihan ini, para petani akan dapat memahami dan melaksanakan panen dan pascapanen dengan baik dan benar,” katanya.
Ia mengatakan seusai pelatihan, para peserta dapat membagikan ilmu yang didapatkan kepada petani-petani di lingkungan sekitarnya.
“Kami juga berharap materi yang sudah didapat selama pelatihan dapat ditularkan atau disampaikan kepada para petani sawit lainnya yang belum punya kesempatan mengikuti pelatihan,” kata Agus.