Dokter ajak masyarakat mencegah stroke dengan melakukan "CERDIK"
Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan masyarakat, Spesialis Saraf dr Zicky Yombana mengajak masyarakat untuk mencegah terjadinya serangan stroke dengan melakukan tindakan yang tercakup dalam slogan "CERDIK."
"Berbagai faktor risiko stroke bisa diturunkan, salah satunya dengan mencegah stroke melalui 'CERDIK'," katanya dalam gelar wicara terkait Stroke yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Zicky menjelaskan "CERDIK" merupakan akronim dari Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet gizi seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.
Menurut dia, setiap orang tidak boleh berpuas diri dengan menganggap sudah menjalani hidup sehat. Perilaku "CERDIK" merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari dari risiko stroke.
"Kita semua memiliki faktor risiko stroke. Periksakan ke dokter, cek tekanan darah, kolesterol total, dan kadar gula secara teratur dan berkala, karena kalau ada angka yang menyimpang, kita bisa lebih mudah mengontrolnya," katanya.
Zicky menilai penyakit stroke yang diakibatkan oleh gangguan aliran darah dapat diasosiasikan sebagai tiga komponen utama pada aliran air. Di antaranya adalah pompa air yang diasosiasikan sebagai jantung, pipa air yang diasosiasikan sebagai pembuluh darah, dan air yang diasosiasikan sebagai darah. "Jadi barang siapa yang memiliki gangguan pada ketiga komponen tersebut, maka akan sangat memungkinkan terjadinya risiko stroke yang lebih tinggi," kata Zicky Yombana.
Guna mencegah stroke yang merupakan penyakit yang berkaitan dengan gangguan jantung, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memperluas cakupan layanan deteksi dini penyakit kardiovaskular secara gratis hingga ke level RT/RW untuk menekan angka kasus kematian akibat gangguan jantung.
"Perluasan cakupan deteksi dini dengan kegiatan skrining sampai ke tingkat posyandu di RT/RW," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Eva Susanti (5/10).
Eva mengatakan perluasan layanan deteksi dini juga melibatkan kader posyandu melalui kunjungan rumah penduduk dengan sasaran 273,5 juta rumah tangga.
Kemenkes, katanya, juga melibatkan peran Posyandu Prima yang kini tersebar di 85 ribu desa/kelurahan dan 7.230 puskesmas di kecamatan.
"Kami juga menyiapkan program pendukung dengan melatih 1,5 juta kader posyandu, melatih dokter umum dan perawat untuk menggunakan Elektrokardiogram (EKG) dan Automated External Defibrilator (AED) untuk memeriksa fungsi organ jantung," kata Eva Susanti.
"Berbagai faktor risiko stroke bisa diturunkan, salah satunya dengan mencegah stroke melalui 'CERDIK'," katanya dalam gelar wicara terkait Stroke yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Zicky menjelaskan "CERDIK" merupakan akronim dari Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet gizi seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.
Menurut dia, setiap orang tidak boleh berpuas diri dengan menganggap sudah menjalani hidup sehat. Perilaku "CERDIK" merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari dari risiko stroke.
"Kita semua memiliki faktor risiko stroke. Periksakan ke dokter, cek tekanan darah, kolesterol total, dan kadar gula secara teratur dan berkala, karena kalau ada angka yang menyimpang, kita bisa lebih mudah mengontrolnya," katanya.
Zicky menilai penyakit stroke yang diakibatkan oleh gangguan aliran darah dapat diasosiasikan sebagai tiga komponen utama pada aliran air. Di antaranya adalah pompa air yang diasosiasikan sebagai jantung, pipa air yang diasosiasikan sebagai pembuluh darah, dan air yang diasosiasikan sebagai darah. "Jadi barang siapa yang memiliki gangguan pada ketiga komponen tersebut, maka akan sangat memungkinkan terjadinya risiko stroke yang lebih tinggi," kata Zicky Yombana.
Guna mencegah stroke yang merupakan penyakit yang berkaitan dengan gangguan jantung, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memperluas cakupan layanan deteksi dini penyakit kardiovaskular secara gratis hingga ke level RT/RW untuk menekan angka kasus kematian akibat gangguan jantung.
"Perluasan cakupan deteksi dini dengan kegiatan skrining sampai ke tingkat posyandu di RT/RW," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Eva Susanti (5/10).
Eva mengatakan perluasan layanan deteksi dini juga melibatkan kader posyandu melalui kunjungan rumah penduduk dengan sasaran 273,5 juta rumah tangga.
Kemenkes, katanya, juga melibatkan peran Posyandu Prima yang kini tersebar di 85 ribu desa/kelurahan dan 7.230 puskesmas di kecamatan.
"Kami juga menyiapkan program pendukung dengan melatih 1,5 juta kader posyandu, melatih dokter umum dan perawat untuk menggunakan Elektrokardiogram (EKG) dan Automated External Defibrilator (AED) untuk memeriksa fungsi organ jantung," kata Eva Susanti.