Karawang (ANTARA) - Peristiwa mencekam terjadi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada proses relokasi pedagang Pasar Rengasdengklok ke Pasar Proklamasi.
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana harus mengalami kenyataan pahit, mendapat perlakuan tidak biasa, dengan dilempari batu dan kayu oleh warganya. Bahkan, pejabat perempuan itu juga sempat diacungi senjata tajam.
Peristiwa tidak terduga itu terjadi saat proses relokasi pedagang Pasar Rengasdengklok ke pasar yang baru dibangun oleh pihak ketiga, pada pekan pertama Desember 2022.
Mendapat perlakuan tersebut, Cellica langsung "mengamankan diri", lari dengan dikawal warga dan pejabat pemkab, menuju mobilnya, kemudian meninggalkan lokasi.
Begitu juga dengan pejabat lain di jajaran Pemkab Karawang, seperti Sekda Acep Jamhuri beserta sejumlah kepala organisasi perangkat daerah lainnya yang mengawal bupati, ikut berlari menyelamatkan masing-masing, menaiki mobil dan meninggalkan lokasi.
Sekelompok warga dan pedagang yang menolak relokasi tidak hanya melempari rombongan pejabat pemkab dengan bebatuan dan kayu. Mereka juga melakukan aksi penghadangan dengan membakar ban dan petasan di tengah jalan.
Akhirnya, relokasi pedagang untuk yang ketiga kali itu gagal. Upaya pertama dan kedua gagal setelah rombongan pemkab dihadang sekelompok masyarakat bersama pedagang saat proses relokasi.
Peristiwa seorang bupati yang dilempari batu oleh warganya sendiri itu sempat viral di sejumlah platform media sosial dan cukup menghebohkan jagat maya, khususnya di wilayah Karawang.
Merasa tak terima mendapat perlakuan seperti itu, beberapa jam setelah kejadian, Cellica langsung memosting pernyataan di akun instagram pribadinya.
Ia menyampaikan, terjadinya kerusuhan saat proses relokasi Pasar Rengasdengklok pada Rabu, 7 Desember 2022, akibat adanya provokasi oknum kelompok masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Cellica menyampaikan, dirinya sangat menyesalkan peristiwa itu, karena niat baik Pemkab Karawang menata Rengasdengklok agar lebih rapi, tertata dan nyaman, dibalas dengan lemparan batu, petasan, botol kaca, balok kayu, serta acungan samurai dan senjata tajam lainnya.
Ia mengaku prihatin atas kericuhan yang terjadi dalam proses relokasi itu, yang diawali adanya provokasi oknum-oknum LSM yang mengatasnamakan pedagang.
Ia menuduh saat itu anak-anak muda dicekoki minuman keras agar berani menghadang dan menyerang para pejabat Pemkab Karawang saat hendak melakukan relokasi.
Menurut dia, provokasi oknum-oknum LSM itu telah membuat penataan pasar yang awalnya kondusif menjadi ricuh.
Kejadian itu disesalkan, karena salah seorang anggota polisi terluka di bagian kepala akibat lemparan batu dan pecahan botol kaca.
Orang nomor satu di Pemkab Karawang ini menyampaikan kalau sebelum terjadi kerusuhan, pihaknya telah melakukan beragam cara, mulai dari sosialisasi kepada para pedagang selama sekitar empat bulan. Bahkan, pihaknya telah menyiapkan relaksasi pembiayaan, hingga soal harga kios di pasar yang baru.
"Kami bersama muspida datang ke Rengasdengklok untuk berdiskusi, berdialog, mendengar dan menangkap keinginan pedagang pasar, tapi mengapa kami justru dibalas dengan kekerasan," kata dia.
Pemerintah Kabupaten Karawang menganggap Pasar Rengasdengklok yang lama kondisinya sudah tidak layak dan kumuh. Karena itu, pemerintah daerah setempat berinisiatif memindahkan pasar itu ke lokasi yang baru. Sementara lokasi Pasar Rengasdengklok lama bakal diubah menjadi kawasan ruang terbuka hijau.
Di sisi lain, meski dianggap tidak layak, suasana pasar Rengasdengklok sangat ramai dengan aktivitas jual-beli. Karena itulah, para pedagang merasa berat jika harus menempati pasar baru, pengganti Pasar Rengasdengklok lama. Belum lagi dengan biaya sewa kios/lapak yang dinilai memberatkan para pedagang,
Bupati menyebutkan, Pemkab Karawang menginginkan agar para pedagang berjualan di pasar yang rapi, nyaman, dan bersih. Karena itulah, dilakukan relokasi.
Anggota DPRD Kabupaten Karawang Asep Syaripudin mengakui kalau masih banyak pedagang pasar lama Rengasdengklok yang menolak direlokasi ke pasar baru itu berkaitan dengan tingginya harga kios.
Atas hal tersebut, para pedagang ingin tetap berjualan di pasar lama Rengasdengklok. Pemkab akan meruntuhkan pasar lama itu untuk dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau.
Ia menyampaikan, terkait dengan masalah harga kios pasar baru Proklamasi Rengasdengklok yang dinilai pedagang terlalu mahal, pihaknya menginginkan agar harganya ditinjau ulang atau direvisi.
Menurut dia, Pemkab Karawang bersama pihak ketiga dan para pedagang harus merumuskan secara baik-baik mengenai harga kios.
"Mekanisme penentuan harga kios seharusnya direvisi ulang. Kenapa per meter sampai Rp20 juta hingga Rp23 juta? Padahal NJOP di Rengasdenglok sekitar Rp4 juta. Standarnya harus jelas, apa saja faktornya yang menyebabkan penentuan harga begitu tinggi?" katanya.
Ia menilai, pedagang tidak akan sanggup jika harus membayar kios atau lapak dengan harga tinggi. Seharusnya, para pedagang lama justru diprioritaskan dan biasanya setiap ada relokasi, pedagang justru mendapat subsidi sekitar 20 persen.
Janji mengatasi
Jauh-jauh hari sebelum tiba waktunya tahapan relokasi, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana berjanji mengatasi pro dan kontra terkait dengan relokasi Pasar Rengasdengklok.
Bupati berjanji akan berkomunikasi dengan berbagai pihak, termasuk kepada seluruh pedagang. Tujuannya, agar para pedagang bersedia menempati lokasi pasar yang baru.
Secara perlahan masalah relokasi pedagang itu akan diselesaikan hingga waktunya tiba saat relokasi, dan semua pedagang akan pindah ke tempat yang baru. Namun kenyataannya, terjadi kerusuhan beberapa kali dalam tahap relokasi.
Pasar Rengasdengklok yang baru itu dibangun di atas lahan sekitar 5 hektare. Bangunan tersebut bernilai investasi sebesar Rp116 miliar dan nantinya akan tergabung dengan terminal angkutan umum dan kendaraan bongkar muat barang.
Pasar Rengasdengklok dibangun oleh pihak ketiga, yakni PT Visi Indonesia Mandiri. Selanjutnya, para pedagang akan membeli lapak dan kios yang tersedia di pasar itu.
Untuk lapak pedagang seharga Rp16,5 juta dan harga kios Rp19 juta. Pembeliannya dilakukan dengan cara mencicil.
Jumlah pedagang di Pasar Rengasdengklok lama sebanyak 1.600 pedagang. Mereka adalah pedagang kios, los dan pedagang kaki lima (PKL).
Bupati menyampaikan, pihaknya berkomitmen agar para pedagang di Pasar Rengasdengklok dipermudah dalam upaya kepemilikan kios.
Dari segi pembiayaan pun pihaknya ingin agar angsurannya lebih ringan dan terjangkau, dengan tenor cicilan yang panjang. Sehingga pedagang benar-benar terbantu.
RTH di Rengasdengklok
Relokasi pedagang Pasar Rengasdengklok ke pasar yang baru, bagi Pemkab Karawang harus terwujud. Karena pemkab setempat telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp1,9 miliar untuk pembangunan taman atau ruang terbuka hijau (RTH) di lahan bekas pasar lama.
Menurut Bupati Karawang, pembangunan ruang terbuka hijau itu dilakukan dalam upaya pengembangan sarana publik di Rengasdengklok.
Ia menyampaikan, untuk tahap awal pembangunan ruang terbuka hijau itu, pihaknya akan melakukan pemagaran. Namun kegiatan pemagaran itu harus menunggu para pedagang pindah ke Pasar Rengasdengklok yang baru.
Disebutkan kalau pembangunan taman atau ruang terbuka hijau di pasar lama merupakan bagian dari rangkaian Pasar Proklamasi Rengasdengklok, yakni sebagai bagian dari pengembangan di daerah itu.
Cellica menyampaikan pengembangan wilayah Rengasdengklok ini diharapkan dapat menghidupkan roda perekonomian untuk warga setempat dan sekitarnya. Bahkan rencana itu disebut-sebut bakal menjadi kenang-kenangan Cellica kepada warganya, karena pada tahun berikutnya, perempuan kelahiran tahun 1982 itu tidak mencalonkan bupati lagi, karena sudah menjabat dua periode.
Realitasnya, demi pengembangan dan penataan serta sebuah kenang-kenangan, terjadi kerusuhan, sampai perempuan pejabat itu mendapatkan perlakuan lemparan batu dan kayu serta diacungkan senjata tajam oleh warganya sendiri.
Seiring perjalanan waktu, kini suasana di Rengasdengklok sudah mereda. Pascakerusuhan dalam upaya relokasi pedagang, jajaran Pemkab Karawang, termasuk bupati menemui sejumlah tokoh di wilayah Rengasdengklok. Kerusuhan mereda setelah ada komunikasi antara jajaran pemkab dengan para tokoh di daerah itu.
Dari peristiwa itu, perlajaran berharga yang bisa dipetik oleh jajaran Pemkab Karawang adalah komunikasi yang baik dengan berbagai pihak, termasuk pedagang dan kalangan lain yang tidak setuju dengan rencana itu.