Bukit Asam cetak laba Rp2,4 triliun di tengah pandemi

id PTBA,Bukit Asam,Laba Bukit Asam 2020,Kinerja produksi Bukit Asam ,batu bara,harga saham PTBA

Bukit Asam cetak laba Rp2,4 triliun di tengah pandemi

Ponton besar bermuatan ribuan ton batu bara meningalkan pelabuhan khusus batu bara, Tarahan, Kota Bandarlampung, Jumat (30/7). Batu bara produksi PT Bukit Asam (PTBA) itu sebagian untuk memenuhi kebutuhan bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya di Merak, Provinsi Banten, dan sebagian lagi diekspor. (ANTARA/MTohamaksun)

Jakarta (ANTARA) - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih mencetak kinerja positif dengan laba Rp2,4 triliun sepanjang 2020, meski saat itu kondisi negara terimbas pandemi COVID-19 dan harga batu bara dunia lesu.

"Dari sisi pendapatan, PTBA membukukan sebesar Rp17,3 triliun. Aset perusahaan tercatat masih kuat berada di angka Rp24,1 triliun dengan komposisi kas setara kas dan deposito berjangka di atas tiga bulan sebesar Rp5,5 triliun atau 23 persen dari total aset," kata Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Pemberlakukan lockdown di sejumah negara tujuan ekspor, seperti China dan India, serta konsumsi listrik yang turun di beberapa kota besar di Indonesia membuat penyerapan batu bara untuk pasar ekspor dan domestik mengalami penurunan sehingga berdampak terhadap kinerja Bukit Asam.

"Harga batu bara selama tahun 2020 juga menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan," kata Apollonius Andwie.

Merujuk data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, harga batu bara acuan sangat fluktuatif sepanjang 2020. Berawal di angka 65,93 dolar AS per ton pada awal Januari 2020, kemudian sempat menyentuh titik terendah 50 dolar AS per ton pada September 2020.

Harga batu bara mulai merangkak naik memasuki kuartal keempat, lalu ditutup pada angka 59,65 dolar AS per ton pada Desember 2020. Kenaikan harga acuan ini seiring pemulihan permintaan batu bara di pasar global.

Diketahui, harga rata-rata batu bara acuan sepanjang tahun lalu merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir dengan berada pada level 58,17 dolar per ton.

"Efisiensi merupakan salah satu strategi perusahaan untuk menjaga dan mencatatkan kinerja positif di tengah volatilitas harga dan berkurangnya permintaan pasokan batu bara," kata Apollonius Andwie.

Sejumlah strategi efisiensi yang dilakukan Bukit Asam adalah melakukan upaya penurunan biaya usaha dan pengendalian biaya pokok produksi melalui penerapan optimalisasi operasional perusahaan.

Dari sisi produksi, Bukit Asam mampu memproduksi 24,8 juta ton batu bara hingga Desember 2020 atau 99 persen dari target yang telah disesuaikan menjadi 25,1 juta ton. Kinerja angkutan batu bara juga menunjukkan performa yang terjaga dengan kapasitas angkutan batu bara tercatat mencapai 23,8 juta ton, naik tiga persen dari target tahun ini.

Selain itu, kinerja penjualan batu bara tercatat sebesar 26,1 juta ton atau naik lima persen dari target 2020. Kinerja operasional perusahaan yang masih terjaga sepanjang tahun lalu merupakan hasil dari perluasan operational excellence yang berkelanjutan dan perluasan pasar.