Menerangi harapan di kaki Bukit Barisan, Pertamina hadirkan EBT manfaatkan potensi lokal
Ini adalah bagian dari upaya kami untuk menghadirkan energi berkelanjutan yang mendukung pertumbuhan ekonomi desa
Palembang (ANTARA) - Awan tebal dan hawa sejuk menyeruak, menyelimuti kampung permukiman di Dusun Rantau Dedap, Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Dengan ketinggian mencapai 1.400 MDPL, dusun ini menjadi salah satu permukiman tertinggi di Sumsel
Perjalanan ke sana menempuh waktu delapan jam dari Kota Palembang, ibukota Sumatera Selatan.
Jalan berkelok, naik turun perbukitan, hingga jurang yang menjulang tinggi mengiringi perjalanan menuju Rantau Dedap yang melewati jalan tanah dan bebatuan, yang diakses dari Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat.
Setidaknya, 630 keluarga mendiami dusun yang berada di pegunungan Bukit Barisan ini.
Penduduknya adalah Suku Semende Darat, yang mendiami tanah nenek moyang yang telah berpuluh tahun diwariskan dari generasi ke generasi.
Mayoritas warga memanfaatkan anugerah alam yang subur dengan bersawah, berkebun kopi dan tanaman hortikultura lainnya.
Namun, kehidupan yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan itu, puluhan tahun tak tersentuh listrik.
Pembangunan infrastruktur listrik negara terhalang kawasan hutan lindung, sehingga warga hidup sederhana hanya dengan diterangi cahaya lampu dari minyak tanah.
Rumah-rumah kayu yang berdiri pun hanya gelap gulita, seperti tak ada tanda-tanda kehidupan saat malam hari.
Begitulah cerita Markun (49), Kepala Dusun Rantau Dedap, sebelum akhirnya ia membawa listrik masuk untuk pertama kalinya kesana, setelah melihat langsung bagaimana turbin mikrohidro yang dioperasikan kerabatnya di Lampung, pada 2007 silam.
Markun kemudian mencoba memasang instalasi turbin mikrohidro sederhana, memanfaatkan aliran air sungai yang cukup deras dari Danau Deduhuk, yang bersembunyi di balik bukit di Rantau Dedap.
Turbin yang dipasangnya bersama warga setempat memiliki kapasitas yang bervariasi, mulai dari 1000 Watt, 5000 Watt, hingga pernah 10000 Watt.
Dengan peralatan sederhana, Markun menerangi warga dengan memanfaatkan energi bersih, sekaligus baru dan terbarukan.
“Tahun 2007 saya lihat punya saudara saya di Lampung, mereka pakai turbin mikrohidro, jadi saya coba adopsi di dusun ini, mula-mula saya pasang 5000 Watt,” ceritanya.
Namun, instalasi sederhana yang dibangun Markun dan warga ini ternyata belum dilengkapi dengan aspek keamanan yang memadai. Kabel yang seadanya serta ketiadaan stabilizer seringkali menyebabkan arus listrik tak stabil, yang berujung pada korsleting.
Bahkan, pengakuan Markun, insiden kebakaran pernah menghanguskan rumah lamanya, akibat lonjakan tegangan yang tak terkendali.
Hal ini menjadi tantangan serius bagi warga, yang meski telah menikmati cahaya listrik untuk pertama kalinya, masih dihadapkan pada risiko keselamatan yang belum teratasi.
Namun kadus itu tak patah semangat, beberapa tahun berlalu, ia dan warga Rantau Dedap masih setia menggunakan listrik dari turbin mikrohidro sederhana itu.
Sejak 2022, perhatian datang dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit III Plaju, sebagai representasi dari Pertamina, unit pengolahan migas dan petrokimia yang beroperasi di Sumatera Selatan ini memegang teguh amanah untuk menjalankan prinsip-prinsip Environmental, Social & Governance (ESG), serta tujuan-tujuan yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Sebelumnya, Kilang Pertamina Plaju melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Desa Mandiri Energi berhasil menerangi warga Dusun Sarwan, Desa Merbau di Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada 2017 lalu.
PLTMH ini memanfaatkan potensi debit air terjun dari aliran Danau Ranau dengan sistem crossflow.
Kehadiran PLTMH ini menjadi jawaban dari kebutuhan warga setempat, karena sebelumnya, warga sekitar hanya mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sederhana dengan kapasitas listrik yang kecil.
Turbin PLTMH yang dibangun Pertamina di Desa Merbau ini mampu menghasilkan daya listrik hingga 10 Kwh, sehingga mampu mengaliri listrik hingga ke 33 rumah di desa tersebut secara gratis.
PLTMH merupakan sistem pembangkit listrik mini yang dapat mengubah potensi air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan mengoperasikan turbin air dan generator.
Sistem pengelolaan debit air ini menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi warga pedesaan.
Instalasi PLTMH di OKU Selatan itu didampingi para ahli, melibatkan engineer dari Pertamina, serta dosen dan mahasiswa dari Jurusan Teknik Elektro, Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP). Pertamina juga memberdayakan warga sekitar agar bisa mengoperasikan turbin sendiri.
Tambah penerima manfaat
Keberhasilan program elektrifikasi menggunakan energi baru terbarukan (EBT) itu kemudian diperluas dengan menjangkau Dusun Rantau Dedap di Kabupaten Muara Enim.
Setelah dilakukan riset, tim Kilang Pertamina Plaju bersama dosen UMP Palembang, Zulkifli Saleh, mulai memetakan kebutuhan perbaikan sistem turbin mikrohidro yang dipasang Markun dan warga secara mandiri.
Semenjak berjalan tiga tahun terakhir, lewat program Desa Energi Berdikari (DEB), Pertamina terus menambah kapasitas serta memperbaiki sistem kelistrikan turbin mikrohidro di Rantau Dedap secara bertahap.
Setidaknya, 53 keluarga di Rantau Dedap telah menjadi penerima manfaat PLTMH yang dioperasikan secara aman, dengan pembangunan power house, penggantian kabel dan perbaikan sistem transmisi yang lebih aman.
Tiga titik turbin yang dijadikan pembangkit secara berurutan memiliki daya 10 kW, 5 kW dan 3 kW, atau jika ditotal mencapai 18 kW.
Besarnya potensi mikrohidro di Dusun ini membuat Pertamina ingin berkontribusi lebih banyak. Sejalan dengan agenda Pertamina untuk mendukung peta jalan menuju Net Zero Emission (NZE), program DEB pun semakin digalakkan.
DEB merupakan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina di pedesaan yang bertujuan mendukung ketahanan energi dengan energi baru terbarukan, sekaligus peningkatan perekonomian masyarakat desa.
Potensi terbaru, ditemukan di aliran air di dekat Danau Deduhuk. Dengan debit air sekitar 100 Liter per detik (l/s), aliran ini diproyeksikan mampu menggerakkan turbin mikrohidro hingga menghasilkan listrik dengan daya sebesar 12 kW, dan mampu menjangkau hingga 50 keluarga penerima manfaat.
Kabar itu membuat Markun antusias. Ia mulai mendata warga dusunnya yang sama sekali belum tersentuh listrik. Salah satunya Subhan, yang bermukim tak jauh dari rumahnya.
“Saya mulai mendata warga yang belum sama sekali mendapat listrik, dan alhamdulillah warga senang sekali dapat kabar akan dipasang turbin (PLTMH) baru dan mengalirkan listrik ke rumahnya,” kata Markun.
Power house yang tengah dibangun, ditargetkan selesai dan beroperasi pada awal 2025 mendatang.
Markun berencana, listrik dari PLTMH baru ini, sebagian akan dialirkan ke warga di perkampungan di Dusun Sumber Rezeki yang terletak di atas bukit.
Peluang ekonomi baru
Kepala Dusun Rantau Dedap, Markun, kepada Siti Rachmi Indahsari, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional.
“Kami sangat berterima kasih, sudah ada kepedulian Pertamina, bagi kami masyarakat yang berjuang mendapatkan listrik di sini,” tutur Markun, kepada Siti Rachmi Indahsari, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional, ketika memantau progres pembangunan power house dan turbin.
Markun mengungkapkan harapannya bahwa dengan infrastruktur PLTMH yang lebih baik, masyarakat dusun dapat mengakses peningkatan kualitas hidup yang lebih baik.
"Bagi warga dusun kami, listrik tak hanya soal penerangan, tapi juga jembatan menuju peningkatan kualitas hidup," jelas Markun.
Sementara, Rachmi berharap, pembangunan turbin baru ini dapat mendukung misi Pertamina untuk menghadirkan dan memperluas jangkauan energi bersih di masyarakat, serta dapat dioperasikan dengan aman.
“Mimpi kita adalah menerangi harapan masyarakat, agar dengan EBT berupa PLTMH ini, masyarakat bisa mengakses dunia yang lebih luas, dan mampu menggerakkan roda perekonomian di desa,” ujar Rachmi.
Dengan akses listrik yang stabil, potensi kegiatan ekonomi baru pun kian terbuka, seperti pengolahan kopi lokal Semende yang namanya telah melambung di level nasional, atau usaha pengolahan produk hortikultura.
“Sehingga masyarakat dapat menciptakan nilai tambah dari adanya akses listrik ini,” jelas Rachmi.
Tak hanya itu, program DEB ini juga memungkinkan warga untuk melakukan perawatan turbin mikrohidro secara mandiri. "Dengan memiliki keterampilan teknis ini, warga dapat secara mandiri menjaga sistem PLTMH, mengurangi risiko gangguan, serta mengoptimalkan pemanfaatan energi," ungkap Rachmi.
Program DEB di Dusun Rantau Dedap melalui PLTMH ini merupakan bentuk nyata komitmen Pertamina dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan penerapan prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Melalui pemanfaatan energi baru terbarukan, Pertamina tidak hanya membantu meningkatkan akses energi bersih bagi masyarakat, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan dan memberdayakan komunitas lokal.
“Ini adalah bagian dari upaya kami untuk menghadirkan energi berkelanjutan yang mendukung pertumbuhan ekonomi desa sekaligus menjaga alam,” ujar Rachmi.
Program ini diharapkan menjadi inspirasi bagi banyak pihak dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif, adil, dan ramah lingkungan.
Dengan ketinggian mencapai 1.400 MDPL, dusun ini menjadi salah satu permukiman tertinggi di Sumsel
Perjalanan ke sana menempuh waktu delapan jam dari Kota Palembang, ibukota Sumatera Selatan.
Jalan berkelok, naik turun perbukitan, hingga jurang yang menjulang tinggi mengiringi perjalanan menuju Rantau Dedap yang melewati jalan tanah dan bebatuan, yang diakses dari Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat.
Setidaknya, 630 keluarga mendiami dusun yang berada di pegunungan Bukit Barisan ini.
Penduduknya adalah Suku Semende Darat, yang mendiami tanah nenek moyang yang telah berpuluh tahun diwariskan dari generasi ke generasi.
Mayoritas warga memanfaatkan anugerah alam yang subur dengan bersawah, berkebun kopi dan tanaman hortikultura lainnya.
Namun, kehidupan yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan itu, puluhan tahun tak tersentuh listrik.
Pembangunan infrastruktur listrik negara terhalang kawasan hutan lindung, sehingga warga hidup sederhana hanya dengan diterangi cahaya lampu dari minyak tanah.
Rumah-rumah kayu yang berdiri pun hanya gelap gulita, seperti tak ada tanda-tanda kehidupan saat malam hari.
Begitulah cerita Markun (49), Kepala Dusun Rantau Dedap, sebelum akhirnya ia membawa listrik masuk untuk pertama kalinya kesana, setelah melihat langsung bagaimana turbin mikrohidro yang dioperasikan kerabatnya di Lampung, pada 2007 silam.
Markun kemudian mencoba memasang instalasi turbin mikrohidro sederhana, memanfaatkan aliran air sungai yang cukup deras dari Danau Deduhuk, yang bersembunyi di balik bukit di Rantau Dedap.
Turbin yang dipasangnya bersama warga setempat memiliki kapasitas yang bervariasi, mulai dari 1000 Watt, 5000 Watt, hingga pernah 10000 Watt.
Dengan peralatan sederhana, Markun menerangi warga dengan memanfaatkan energi bersih, sekaligus baru dan terbarukan.
“Tahun 2007 saya lihat punya saudara saya di Lampung, mereka pakai turbin mikrohidro, jadi saya coba adopsi di dusun ini, mula-mula saya pasang 5000 Watt,” ceritanya.
Namun, instalasi sederhana yang dibangun Markun dan warga ini ternyata belum dilengkapi dengan aspek keamanan yang memadai. Kabel yang seadanya serta ketiadaan stabilizer seringkali menyebabkan arus listrik tak stabil, yang berujung pada korsleting.
Bahkan, pengakuan Markun, insiden kebakaran pernah menghanguskan rumah lamanya, akibat lonjakan tegangan yang tak terkendali.
Hal ini menjadi tantangan serius bagi warga, yang meski telah menikmati cahaya listrik untuk pertama kalinya, masih dihadapkan pada risiko keselamatan yang belum teratasi.
Namun kadus itu tak patah semangat, beberapa tahun berlalu, ia dan warga Rantau Dedap masih setia menggunakan listrik dari turbin mikrohidro sederhana itu.
Sejak 2022, perhatian datang dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit III Plaju, sebagai representasi dari Pertamina, unit pengolahan migas dan petrokimia yang beroperasi di Sumatera Selatan ini memegang teguh amanah untuk menjalankan prinsip-prinsip Environmental, Social & Governance (ESG), serta tujuan-tujuan yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Sebelumnya, Kilang Pertamina Plaju melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Desa Mandiri Energi berhasil menerangi warga Dusun Sarwan, Desa Merbau di Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada 2017 lalu.
PLTMH ini memanfaatkan potensi debit air terjun dari aliran Danau Ranau dengan sistem crossflow.
Kehadiran PLTMH ini menjadi jawaban dari kebutuhan warga setempat, karena sebelumnya, warga sekitar hanya mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sederhana dengan kapasitas listrik yang kecil.
Turbin PLTMH yang dibangun Pertamina di Desa Merbau ini mampu menghasilkan daya listrik hingga 10 Kwh, sehingga mampu mengaliri listrik hingga ke 33 rumah di desa tersebut secara gratis.
PLTMH merupakan sistem pembangkit listrik mini yang dapat mengubah potensi air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan mengoperasikan turbin air dan generator.
Sistem pengelolaan debit air ini menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi warga pedesaan.
Instalasi PLTMH di OKU Selatan itu didampingi para ahli, melibatkan engineer dari Pertamina, serta dosen dan mahasiswa dari Jurusan Teknik Elektro, Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP). Pertamina juga memberdayakan warga sekitar agar bisa mengoperasikan turbin sendiri.
Tambah penerima manfaat
Keberhasilan program elektrifikasi menggunakan energi baru terbarukan (EBT) itu kemudian diperluas dengan menjangkau Dusun Rantau Dedap di Kabupaten Muara Enim.
Setelah dilakukan riset, tim Kilang Pertamina Plaju bersama dosen UMP Palembang, Zulkifli Saleh, mulai memetakan kebutuhan perbaikan sistem turbin mikrohidro yang dipasang Markun dan warga secara mandiri.
Semenjak berjalan tiga tahun terakhir, lewat program Desa Energi Berdikari (DEB), Pertamina terus menambah kapasitas serta memperbaiki sistem kelistrikan turbin mikrohidro di Rantau Dedap secara bertahap.
Setidaknya, 53 keluarga di Rantau Dedap telah menjadi penerima manfaat PLTMH yang dioperasikan secara aman, dengan pembangunan power house, penggantian kabel dan perbaikan sistem transmisi yang lebih aman.
Tiga titik turbin yang dijadikan pembangkit secara berurutan memiliki daya 10 kW, 5 kW dan 3 kW, atau jika ditotal mencapai 18 kW.
Besarnya potensi mikrohidro di Dusun ini membuat Pertamina ingin berkontribusi lebih banyak. Sejalan dengan agenda Pertamina untuk mendukung peta jalan menuju Net Zero Emission (NZE), program DEB pun semakin digalakkan.
DEB merupakan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina di pedesaan yang bertujuan mendukung ketahanan energi dengan energi baru terbarukan, sekaligus peningkatan perekonomian masyarakat desa.
Potensi terbaru, ditemukan di aliran air di dekat Danau Deduhuk. Dengan debit air sekitar 100 Liter per detik (l/s), aliran ini diproyeksikan mampu menggerakkan turbin mikrohidro hingga menghasilkan listrik dengan daya sebesar 12 kW, dan mampu menjangkau hingga 50 keluarga penerima manfaat.
Kabar itu membuat Markun antusias. Ia mulai mendata warga dusunnya yang sama sekali belum tersentuh listrik. Salah satunya Subhan, yang bermukim tak jauh dari rumahnya.
“Saya mulai mendata warga yang belum sama sekali mendapat listrik, dan alhamdulillah warga senang sekali dapat kabar akan dipasang turbin (PLTMH) baru dan mengalirkan listrik ke rumahnya,” kata Markun.
Power house yang tengah dibangun, ditargetkan selesai dan beroperasi pada awal 2025 mendatang.
Markun berencana, listrik dari PLTMH baru ini, sebagian akan dialirkan ke warga di perkampungan di Dusun Sumber Rezeki yang terletak di atas bukit.
Peluang ekonomi baru
Kepala Dusun Rantau Dedap, Markun, kepada Siti Rachmi Indahsari, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional.
“Kami sangat berterima kasih, sudah ada kepedulian Pertamina, bagi kami masyarakat yang berjuang mendapatkan listrik di sini,” tutur Markun, kepada Siti Rachmi Indahsari, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III PT Kilang Pertamina Internasional, ketika memantau progres pembangunan power house dan turbin.
Markun mengungkapkan harapannya bahwa dengan infrastruktur PLTMH yang lebih baik, masyarakat dusun dapat mengakses peningkatan kualitas hidup yang lebih baik.
"Bagi warga dusun kami, listrik tak hanya soal penerangan, tapi juga jembatan menuju peningkatan kualitas hidup," jelas Markun.
Sementara, Rachmi berharap, pembangunan turbin baru ini dapat mendukung misi Pertamina untuk menghadirkan dan memperluas jangkauan energi bersih di masyarakat, serta dapat dioperasikan dengan aman.
“Mimpi kita adalah menerangi harapan masyarakat, agar dengan EBT berupa PLTMH ini, masyarakat bisa mengakses dunia yang lebih luas, dan mampu menggerakkan roda perekonomian di desa,” ujar Rachmi.
Dengan akses listrik yang stabil, potensi kegiatan ekonomi baru pun kian terbuka, seperti pengolahan kopi lokal Semende yang namanya telah melambung di level nasional, atau usaha pengolahan produk hortikultura.
“Sehingga masyarakat dapat menciptakan nilai tambah dari adanya akses listrik ini,” jelas Rachmi.
Tak hanya itu, program DEB ini juga memungkinkan warga untuk melakukan perawatan turbin mikrohidro secara mandiri. "Dengan memiliki keterampilan teknis ini, warga dapat secara mandiri menjaga sistem PLTMH, mengurangi risiko gangguan, serta mengoptimalkan pemanfaatan energi," ungkap Rachmi.
Program DEB di Dusun Rantau Dedap melalui PLTMH ini merupakan bentuk nyata komitmen Pertamina dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan penerapan prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Melalui pemanfaatan energi baru terbarukan, Pertamina tidak hanya membantu meningkatkan akses energi bersih bagi masyarakat, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan dan memberdayakan komunitas lokal.
“Ini adalah bagian dari upaya kami untuk menghadirkan energi berkelanjutan yang mendukung pertumbuhan ekonomi desa sekaligus menjaga alam,” ujar Rachmi.
Program ini diharapkan menjadi inspirasi bagi banyak pihak dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif, adil, dan ramah lingkungan.