Cakupan imunisasi di Sumsel baru 35 persen sejak pandemi
Palembang (ANTARA) - Cakupan program imunisasi dasar dan lanjutan di Sumatera Selatan baru mencapai 35 persen karena terjadi penyusutan akumulasi sejak pandemi COVID-19 merebak.
Kasi Surveillance dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel Yusri, Selasa, mengatakan kondisi pandemi selama dua bulan terakhir memaksa program imunisasi hanya dilaksanakan di puskesmas dengan protokol kesehatan yang ketat, dampaknya akses untuk mendapatkan imunisasi menjadi terbatas.
"Karena lokasi imunisasinya terbatas dan harus bergantian maka mau tidak mau cakupanya ikut menyusut," ujarnya.
Menurut dia, normalnya cakupan imunisasi telah melebihi 50 persen pada pertengahan tahun, tetapi pilihan sebagian masyarakat yang enggan membawa anaknya ke puskesmas selama pandemi membuat cakupannya berkurang 15 - 20 persen.
Imunisasi yang melambat itu meliputi semua jenis, kata dia, baik imunisasi dasar (Hb0, Bcg, Dpt hb 1 2 3, Campak, IPV dan Polio 1 2 3 4), maupun imunisasi lanjutan (DPT hb dan Campak MR).
Namun, saat ini sebagian kabupaten/kota telah menjalankan kembali program imunisasi dasar dan lanjutan di tingkat posyandu untuk mendorong peningkatan angka cakupan.
Baca juga: Update 22 Juni: Kasus baru COVID-19 kembali muncul di Prabumulih, total kasus di Sumsel 1.839 orang
Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak untuk meminimalisir kontak mengingat imunitas bayi masih sangat rentan.
Jika melihat realisasi cakupan pada 2019 yang mencapai 95 persen, ia berharap dengan sisa enam bulan ke depan cakupan imunisasi masih dapat terkejar minimal 90 persen hingga akhir 2020.
"Nanti jika memang kondisi COVID-19 sudah terkendali, kami akan jemput bola (sweeping) ke rumah-rumah, jadi cakupan imunisasi sebelum satu tahun sudah lengkap," katanya.
Masih rendahnya cakupan imunisasi tidak lantas meningkatkan penyakit menular pada bayi dan anak, sebaliknya penyakit-penyakit yang umumnya muncul pada kisaran awal hingga ke pertengahan tahun seperti Difteri dan DBD justru menurun.
"Karena kondisi pandemi membuat tingkat kontak antar orang menjadi berkurang, maka dampaknya kesehatan bayi dan anak juga cenderung lebih terjaga," katanya.
Dia mengimbau orang tua jangan takut imunisasi, sebab tujuan imunisasi sangat penting untuk menciptakan kekebalan tubuh.
Baca juga: Enam penyakit bawaan dominasi kasus COVID-19 meninggal di Sumsel
Kasi Surveillance dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel Yusri, Selasa, mengatakan kondisi pandemi selama dua bulan terakhir memaksa program imunisasi hanya dilaksanakan di puskesmas dengan protokol kesehatan yang ketat, dampaknya akses untuk mendapatkan imunisasi menjadi terbatas.
"Karena lokasi imunisasinya terbatas dan harus bergantian maka mau tidak mau cakupanya ikut menyusut," ujarnya.
Menurut dia, normalnya cakupan imunisasi telah melebihi 50 persen pada pertengahan tahun, tetapi pilihan sebagian masyarakat yang enggan membawa anaknya ke puskesmas selama pandemi membuat cakupannya berkurang 15 - 20 persen.
Imunisasi yang melambat itu meliputi semua jenis, kata dia, baik imunisasi dasar (Hb0, Bcg, Dpt hb 1 2 3, Campak, IPV dan Polio 1 2 3 4), maupun imunisasi lanjutan (DPT hb dan Campak MR).
Namun, saat ini sebagian kabupaten/kota telah menjalankan kembali program imunisasi dasar dan lanjutan di tingkat posyandu untuk mendorong peningkatan angka cakupan.
Baca juga: Update 22 Juni: Kasus baru COVID-19 kembali muncul di Prabumulih, total kasus di Sumsel 1.839 orang
Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak untuk meminimalisir kontak mengingat imunitas bayi masih sangat rentan.
Jika melihat realisasi cakupan pada 2019 yang mencapai 95 persen, ia berharap dengan sisa enam bulan ke depan cakupan imunisasi masih dapat terkejar minimal 90 persen hingga akhir 2020.
"Nanti jika memang kondisi COVID-19 sudah terkendali, kami akan jemput bola (sweeping) ke rumah-rumah, jadi cakupan imunisasi sebelum satu tahun sudah lengkap," katanya.
Masih rendahnya cakupan imunisasi tidak lantas meningkatkan penyakit menular pada bayi dan anak, sebaliknya penyakit-penyakit yang umumnya muncul pada kisaran awal hingga ke pertengahan tahun seperti Difteri dan DBD justru menurun.
"Karena kondisi pandemi membuat tingkat kontak antar orang menjadi berkurang, maka dampaknya kesehatan bayi dan anak juga cenderung lebih terjaga," katanya.
Dia mengimbau orang tua jangan takut imunisasi, sebab tujuan imunisasi sangat penting untuk menciptakan kekebalan tubuh.
Baca juga: Enam penyakit bawaan dominasi kasus COVID-19 meninggal di Sumsel