Enam penyakit bawaan dominasi kasus COVID-19 meninggal di Sumsel

id COVID-19 sumsel, corona sumsel, data kasus baru corona sumsel, COVID-19 palembang, kasus sembuh sumsel, kasus meninggal

Enam penyakit bawaan  dominasi kasus COVID-19 meninggal di Sumsel

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sumsel, Yusri. ANTARA/Aziz Munajar/20

Palembang (ANTARA) - Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sumatera Selatan mencatat ada enam penyakit bawaan paling banyak menyertai kasus positif COVID-19 yang meninggal dunia selama tiga bulan terakhir.

Juru Bicara Gugus Tugas Sumsel, Yusri di Palembang, Senin mengatakan enam penyakit bawaan tersebut yakni hipertensi (darah tinggi), diabetes militus (kencing manis), asma, tuberkolosis, ginjal dan stroke.

"Secara klinis COVID-19 membuat kondisi penyakit bawaan pada penderita menjadi lebih parah sampai menyebabkan meninggal dunia," ucapnya.

Sejak kasus meninggal pertama pada 23 Maret hingga 21 Juni 2020, tercatat 70 kasus positif COVID-19 di Sumsel telah meninggal dunia dari 1.779 total kasus positif sementara.

Akumulasinya cenderung stagnan pada kisaran 3,9 persen, lebih rendah dibandingkan rata-rata kasus kematian secara nasional yang mencapai 5 persen.

70 kasus meninggal tersebar di Kota Palembang (49 orang), Banyuasin (tujuh), Prabumulih (tiga), OKI (tiga), Musi Banyuasin (dua), Ogan Ilir (dua), serta Muara Enim, Musi Rawas, OKU Timur, dan OKU Selatan masing-masing satu orang.

Namun dari semua kasus meninggal tersebut, penyakit bawaan yang terdata oleh gugus tugas sumsel berjumlah 57 kasus, sedangkan 13 kasus lain belum diperoleh keteranganya.

"Mungkin yang tidak ada penyakit bawaan memang viral load atau jumlah virus COVID-19 di dalam tubuh terbilang tinggi, sehingga kondisi pneumonia yang disebabkan COVID-19 tidak mampu tertolong," tambahnya.

Sementara dari 57 kasus yang terdata, hipertensi berada di urutan teratas dengan 15 kasus, disusul diabetes militus (sembilan), asma (sembilan), tuberkolosis (enam), ginjal (lima), stroke (lima).

Kemudian penyakit jantung (dua), serta batuk menahun, hipertiroid, maag akut, demam berdarah dengue, tipes, dan kanker masing-masing satu kasus.

Secara klinis hipertensi mendukung perkembangan COVID-19 di dalam tubuh karena jumlah Angiotensin converting enzyme 2 atau ACE2 (yang berfungsi mengatur tekanan darah dan menjadi reseptor) mengalami kenaikan.

"COVID-19 membutuhkan reseptor untuk melekat agar bisa masuk ke dalam sel, ketika jumlah ACE2-nya meningkat maka virus semakin mudah masuk ke dalam sel karena tempat menempelnya juga semakin banyak," jelasnya.

Sementara hipertensi merupakan jenis penyakit tidak menular yang paling banyak menjangkiti masyarakat di Sumsel bersama diabetes militus atau kencing manis, kata dia, umumnya diderita kalangan usia lanjut sehingga menimbulkan degeneratif, yakni kondisi memburuknya suatu jaringan atau organ seiring waktu dan membuat imunitas melemah.

Dua penyakit tersebut disebabkan pola hiudp kurang sehat seperti konsumsi karbohidrat berlebihan, jarang berolahraga dan hanya 20 persen dipengaruhi faktor keturunan.

"Oleh karena itulah kami selalu mengimbau agar menggunakan masker di luar maupun di dalam rumah, terutama jika di dalam rumah itu ada orang tua atau balita, imunitas keduanya ini cukup rentan," kata Yusri menegaskan.

Ia berharap masyarakat terus bersikap waspada terhadap penyebaran COVID-19 karena kasus positif yang masih mendapat penanganan di Sumsel menunjukan tren peningkatan, bahkan jumlahnya selalu lebih tinggi dibandingkan total kasus sembuh dan meninggal.