Lukisan prasejarah ditemukan di Situs Ambesibui di Teluk Wondama
Jayapura (ANTARA) - Penelitian Balai Arkeologi Papua bersama Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Teluk Wondama di Pulau Rumberpon menemukan adanya lukisan prasejarah di Situs Ambesibui.
Peneliti senior dari Balai Arkeologi Papua Hari Suroto ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Papua, Minggu siang, mengatakan Situs Ambesibui secara administratif berada di Kampung Yomakan, Distrik Rumberpon, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.
"Situs Ambesibui merupakan situs lukisan tebing prasejarah," katanya, menambahkan bahwa tebing karst putih Ambesibui terletak di tepi pantai.
"Lukisan dibuat oleh orang yang tidak dikenal. Masyarakat setempat setempat tidak mengetahui siapa pembuat dan kapan lukisan ini dibuat," katanya.
Di tebing itu, menurut dia, ada lukisan prasejarah berwarna merah pada ketinggian sekitar 120 cm hingga 5 meter dari permukaan laut. Motif lukisan berupa manusia, kadal, cicak, penyu, ikan, gambar geometris, garis silang, dan bulatan.
Motif-motif tersebut, menurut Hari, menggambarkan kondisi lingkungan dan aktivitas manusia pada masa lalu. Motif cicak, ia melanjutkan, menggambarkan kepercayaan pada roh nenek moyang.
"Cicak adalah binatang yang selalu hidup di atas, bukan di permukaan tanah. Konsep religi prasejarah mengenal dunia atas adalah roh nenek moyang berada, sehingga cicak sebagai gambaran dunia atas," kata Hari.
Asisten II Sekretaris Daerah Teluk Wondama Hermin Sesa Rinding mengatakan bahwa sebagai daerah yang mengunggulkan pariwisata Kabupaten Teluk Wondama bisa mengembangkan Situs Ambesibui menjadi tujuan wisata budaya.
"Tentu saja pemanfaatan situs ini akan memperhatikan aspek pelestarian situs dan lingkungan setempat," katanya.
Peneliti senior dari Balai Arkeologi Papua Hari Suroto ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Papua, Minggu siang, mengatakan Situs Ambesibui secara administratif berada di Kampung Yomakan, Distrik Rumberpon, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.
"Situs Ambesibui merupakan situs lukisan tebing prasejarah," katanya, menambahkan bahwa tebing karst putih Ambesibui terletak di tepi pantai.
"Lukisan dibuat oleh orang yang tidak dikenal. Masyarakat setempat setempat tidak mengetahui siapa pembuat dan kapan lukisan ini dibuat," katanya.
Di tebing itu, menurut dia, ada lukisan prasejarah berwarna merah pada ketinggian sekitar 120 cm hingga 5 meter dari permukaan laut. Motif lukisan berupa manusia, kadal, cicak, penyu, ikan, gambar geometris, garis silang, dan bulatan.
Motif-motif tersebut, menurut Hari, menggambarkan kondisi lingkungan dan aktivitas manusia pada masa lalu. Motif cicak, ia melanjutkan, menggambarkan kepercayaan pada roh nenek moyang.
"Cicak adalah binatang yang selalu hidup di atas, bukan di permukaan tanah. Konsep religi prasejarah mengenal dunia atas adalah roh nenek moyang berada, sehingga cicak sebagai gambaran dunia atas," kata Hari.
Asisten II Sekretaris Daerah Teluk Wondama Hermin Sesa Rinding mengatakan bahwa sebagai daerah yang mengunggulkan pariwisata Kabupaten Teluk Wondama bisa mengembangkan Situs Ambesibui menjadi tujuan wisata budaya.
"Tentu saja pemanfaatan situs ini akan memperhatikan aspek pelestarian situs dan lingkungan setempat," katanya.