Tips memilih hewan kurban yang sehat dari Kementerian Pertanian
Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian memberikan saran kepada masyarakat yang akan membeli hewan kurban untuk merayakan Idul Adha.
"Saran ini terkait bagaimana memilih hewan kurban yang sehat serta terhindar dari penyakit hewan seperti antraks," kata
Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Fadjar Sumping Tjatur Rasa di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan, pertama memilih hewan di tempat penampungan, pemasaran hewan kurban yang telah ditetapkan atau diawasi pemerintah dan memastikan hewan tersebut memiliki surat keterangan kesehatan hewan dari dinas atau petugas kesehatan hewan.
Baca juga: Sapi kurban diberi minum madu dan tetes tebu untuk jaga stamina
"Pada saat dilihat atau diperiksa, hewan kurban tersebut bernafas teratur, berdiri tegak dan tidak ada luka," kata Fadjar melalui keterangan tertulisnya.
Selain itu, Fadjar juga menyebutkan bagian tubuh hewan yang harus diperhatikan, yaitu bola mata terlihat bening dan tidak ada pembengkakan, area mulut dan bibir bersih, lidah bergerak bebas dan air liur cukup membasahi rongga mulut. Kemudian, area anus bersih dan kotoran hewan padat.
Baca juga: Pemkot Palembang imbau warga beli hewan kurban bersurat sehat
Menurut dia, dengan memastikan aspek-aspek tersebut, hewan kurban yang dipilih aman dari kemungkinan sakit.
Berdasarkan data Ditjen PKH Tahun 2018, penyembelihan hewan kurban di Indonesia mencapai 1.224.284 ekor yang terdiri atas 342.261 ekor sapi, 11.780 ekor kerbau, 650.990 ekor kambing dan 219.253 ekor domba.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Syamsul Ma'arif menyebutkan kebutuhan ternak untuk ibadah kurban tahun 2019 ini diprediksi akan meningkat sekitar 10 persen dari kebutuhan tahun 2018.
Baca juga: Antisipasi antraks, Pedagang diimbau tak jual hewan kurban asal Gunung Kidul
Syamsul menjelaskan sebagai bentuk perlindungan kesehatan masyarakat dari ancaman penyakit antraks, Kementan akan menurunkan tim pemantauan hewan kurban.
"Tim Pemantauan Hewan Kurban di seluruh Indonesia terdiri atas petugas pusat, provinsi, kabupaten/kota, juga dari unsur mahasiswa kedokteran hewan, dan organisasi profesi," kata Syamsul.
Seperti diketahui, penyakit antraks merupakan penyakit hewan yang disebabkan bakteri yang bisa menyerang hewan, seperti sapi, kerbau, dan kambing/domba, namun bisa juga ditularkan ke manusia (zoonosis) melalui kontak dengan hewan tertular atau benda/lingkungan yang sudah dicemari agen penyakit.
"Saran ini terkait bagaimana memilih hewan kurban yang sehat serta terhindar dari penyakit hewan seperti antraks," kata
Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Fadjar Sumping Tjatur Rasa di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan, pertama memilih hewan di tempat penampungan, pemasaran hewan kurban yang telah ditetapkan atau diawasi pemerintah dan memastikan hewan tersebut memiliki surat keterangan kesehatan hewan dari dinas atau petugas kesehatan hewan.
Baca juga: Sapi kurban diberi minum madu dan tetes tebu untuk jaga stamina
"Pada saat dilihat atau diperiksa, hewan kurban tersebut bernafas teratur, berdiri tegak dan tidak ada luka," kata Fadjar melalui keterangan tertulisnya.
Selain itu, Fadjar juga menyebutkan bagian tubuh hewan yang harus diperhatikan, yaitu bola mata terlihat bening dan tidak ada pembengkakan, area mulut dan bibir bersih, lidah bergerak bebas dan air liur cukup membasahi rongga mulut. Kemudian, area anus bersih dan kotoran hewan padat.
Baca juga: Pemkot Palembang imbau warga beli hewan kurban bersurat sehat
Menurut dia, dengan memastikan aspek-aspek tersebut, hewan kurban yang dipilih aman dari kemungkinan sakit.
Berdasarkan data Ditjen PKH Tahun 2018, penyembelihan hewan kurban di Indonesia mencapai 1.224.284 ekor yang terdiri atas 342.261 ekor sapi, 11.780 ekor kerbau, 650.990 ekor kambing dan 219.253 ekor domba.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Syamsul Ma'arif menyebutkan kebutuhan ternak untuk ibadah kurban tahun 2019 ini diprediksi akan meningkat sekitar 10 persen dari kebutuhan tahun 2018.
Baca juga: Antisipasi antraks, Pedagang diimbau tak jual hewan kurban asal Gunung Kidul
Syamsul menjelaskan sebagai bentuk perlindungan kesehatan masyarakat dari ancaman penyakit antraks, Kementan akan menurunkan tim pemantauan hewan kurban.
"Tim Pemantauan Hewan Kurban di seluruh Indonesia terdiri atas petugas pusat, provinsi, kabupaten/kota, juga dari unsur mahasiswa kedokteran hewan, dan organisasi profesi," kata Syamsul.
Seperti diketahui, penyakit antraks merupakan penyakit hewan yang disebabkan bakteri yang bisa menyerang hewan, seperti sapi, kerbau, dan kambing/domba, namun bisa juga ditularkan ke manusia (zoonosis) melalui kontak dengan hewan tertular atau benda/lingkungan yang sudah dicemari agen penyakit.