Mahasiswa pentaskan koreografi lingkungan Hari Tari Sedunia

id Tari, seniman, mahasiswa, denpasar

Mahasiswa pentaskan koreografi lingkungan Hari Tari Sedunia

Sejumlah penari menampilkan kreasi seni tari eksplorasi lingkungan bertajuk "Frog" di kawasan Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

Badung (ANTARA) - Sejumlah mahasiswa Program Studi Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali, memperingati Hari Tari sedunia 2019 dengan mengadakan pementasan koreografi lingkungan.

"Peringatan Hari Tari Sedunia ini memang sudah rutin kami lakukan. Tahun lalu kami juga sudah mengadakan pementasan koreografi lingkungan untuk memperingatinya," ujar ketua panitia peringatan, I Gusti Ngurah Bagus Alit Satria Wibawa, di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, pementasan tersebut dilakukan dengan melakukan gerakan koreografi di lingkungan sekitar sehari-hari tanpa menggunakan tata panggung dan perlengkapan pementasan panggung lainnya.

"Jadi ini gerakannya dilakukan dengan memaknai apa-apa saja yang ditemukan dan yang ada di lingkungan sekitar kami," katanya.

Untuk peringatan Hari Tari Sedunia 2019, ia mengambil tema "Ekspresi 4.0" dengan mengambil tajuk bagaimana memaknai tradisi di era 4.0 seperti saat ini.

"Ini juga memiliki filosofi kalau empat itu adalah jiwa kita, titik adalah titik pusat pikiran manusia dan nol bermakna lingkaran kehidupan kita. Itu semua ingin kami sampaikan melalui gerakan koreografi," kata Alit Satria.

Dalam peringatan Hari Tari Sedunia itu, selain mengadakan pementasan koreografi lingkungan, pihaknya juga mengadakan malam pementasan tari dengan penampilan sejumlah penari dan berbagai kelompok.

Sementara itu, Budayawan I Wayan Dibia, mengatakan, peringatan Hari Tari Sedunia tersebut menyadarkan betapa pentingnya tari bagi aspek penghidupan dan kehidupan manusia.

"Penghidupan artinya tari bernilai ekonomis dan komersial, kalau kehidupan bermakna tari itu meningkatkan rasa kebersamaan, kehalusan jiwa dan aspek terapi kesegaran," katanya.

Terkait pementasan koreografi lingkungan, menurutnya hal itu akan dapat menambah dan memperkaya pengalaman mahasiswa selain tampil di panggung yang sudah tertata.

"Kalau di panggung sudah biasa, melalui koreografi lingkungan ini mereka mendapatkan ruang-ruang baru, maka mereka akan menemukan sesuatu dengan cara mencari apa yang ada di ruang lingkup tersebut," katanya.

Ia menambahkan, para mahasiswa cukup berhasil dalam menemukan ruang-ruang baru baru dan memberikan kesegaran dalam garapan karya koreografinya.

"Kepekaan mereka dalam membaca sudut-sudut ruang menjadi tantangan untuk menemukan sesuatu yang baru. Semua penampilannya menarik dan mereka menemukan ruangnya masing-masing dengan daya ungkap yang berbeda-beda," ujarnya.