Untuk diketahui, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang impor komoditas kedelai.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor kedelai Indonesia sepanjang tahun 2022 mencapai 2,32 juta ton atau senilai 1,63 miliar dolar AS.
Rata-rata impor kedelai Indonesia per tahunya mencapai 2 juta—2,5 juta ton. Dari total volume impor itu, sekitar 70 persen di antaranya untuk produksi tempe, 25 persen untuk produksi tahu, dan sisanya untuk produk lain.
Deputi III Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Andriko Noto Susanto mengakui petani enggan menanam bahan baku tempe ini karena beberapa faktor.
Salah satu penyebabnya adalah karena harganya tidak sekompetitif dengan komoditas pangan lainnya seperti padi, cabai, bawang merah hingga jagung.
“Yang jadi penyebab kedelai tidak berkembang di Indonesia adalah harganya yang tidak kompetitif dibandingkan kalau dia menanam jagung atau padi. Misalnya semua ditanam 1 hektare, itu harganya kalah jadi makanya petani sangat rasional dan lebih memilih menanam padi dan jagung,” ungkap Andriko di Jakarta, Rabu (22/11).