Prigozhin mengatakan anggotanya akan bergerak ke Moskow, sehingga mendorong Kremlin, sebutan bagi pemerintah Rusia, memperketat keamanan di seantero negeri. Namun, setelah berada sekitar 200 kilometer dari Moskow, Prigozhin dan tentaranya memutuskan untuk kembali guna menghindari pertumpahan darah.
Presiden Rusia Vladimir Putin berterima kasih kepada pasukan keamanan negaranya karena telah menegakkan tatanan konstitusional dan menunjukkan kesetiaan mereka kepada rakyat.
Dia juga menyanjung pasukannya yang disebut telah membantu menghentikan perang saudara di Rusia.
Pernyataan itu disampaikan Putin pada sebuah pertemuan di Kremlin di hadapan anggota kementerian pertahanan dan kementerian dalam negeri, pengawal Rusia, Badan Keamanan Federal (FSB), dan Badan Penjaga Federal (FSO).
Terngiang betul pemikiran Macchiavelli dari sekitar lima abad yang lalu yang ternyata masih relevan dan menjadi kenyataan dalam episode tentara bayaran Wagner dengan negara Rusia.
Sejumlah opsi
Rusia menawarkan sejumlah opsi kepada tentara bayaran Wagner Group setelah pemberontakan gagal kelompok tersebut pada akhir Juni.
Hal tersebut, selain dikemukakan oleh Putin, juga dipaparkan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, 5 Juli 2023.
Vorobieva mengemukakan, bagi anggota Wagner, ada tiga pilihan, yaitu mereka bisa memilih untuk menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia serta menjadi bagian dari Pasukan Bersenjata Rusia.
Opsi berikutnya adalah memungkinkan mereka untuk pergi ke Belarusia bersama dengan ketuanya Yevgeny Prigozhin, atau opsi yang selanjutnya adalah kembali ke keluarga mereka masing-masing.
Lyudmila mengatakan bahwa Rusia tidak akan memberikan hukuman atau memenjara para anggota Wagner Group karena sebagian besar dari mereka tidak mengetahui apa yang terjadi.
Ia juga menegaskan bahwa tawaran-tawaran tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi Rusia atas kontribusi kelompok tersebut dalam operasi militer khusus Rusia di Ukraina.
Setelah episode yang hampir memicu perang saudara di Rusia itu, Pentagon (sebutan bagi Departemen Pertahanan Amerika Serikat) menyatakan pada Kamis (13/7) bahwa Kelompok tentara bayaran Wagner tidak lagi terlibat secara signifikan dalam operasi militer di Ukraina.
"Pada tahap ini, kami tidak melihat pasukan Wagner berpartisipasi dalam kapasitas secara signifikan guna menyokong operasi tempur di Ukraina," kata Brigjen Angkatan Udara Patrick Ryder, juru bicara Pentagon, sebutan bagi Dephan AS, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters.
Melatih Belarus
Namun, ternyata sejumlah negara lain masih mengemukakan kekhawatirannya dengan pergerakan Wagner, seperti Ukraina dan Polandia yang menyatakan bahwa sebagian tentara Wagner telah tiba di Belarus, sekutu terdekat Rusia di benua Eropa.
Kementerian Pertahanan Belarusia pada Jumat (14/7) juga merilis video yang menunjukkan pasukan Wagner melatih serdadu Belarusia di area pelatihan militer negara tersebut.
Begitu pula muncul video yang disebarkan melalui aplikasi Telegram, yang menunjukkan sosok seperti pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin, menyambut para pasukannya di Belarus.
Sosok yang bersuara seperti Prigozhin itu menyerukan kepada pasukan Wagner agar berperilaku baik, serta menyatakan bahwa pelatihan mereka akan membuat tentara Belarus menjadi yang kedua terbaik di dunia.
Selain di Belarus, Reuters juga melaporkan bahwa puluhan serdadu Wagner juga disebut telah tiba di Republik Afrika Tengah untuk mengawal referendum konstitusi untuk perpanjangan masa jabatan kepresidenan negara tersebut yang akan berlangsung pada 30 Juli mendatang.
Merupakan fenomena yang mencemaskan bila semakin lama tentara bayaran akan semakin mendapat panggung sebagai alat aktif yang terlibat dalam konflik antarnegara atau antarpemerintahan.
Untuk itu, berbagai kepala negara atau pemerintahan di dunia harus benar-benar berkomitmen ke depannya untuk jangan pernah menggunakan tentara bayaran.
Namun, hal yang harus untuk dilakukan, terutama pada masa kontemporer ini, adalah benar-benar memperkuat angkatan bersenjata yang dimiliki oleh masing-masing negara, baik secara profesionalitas maupun kapabilitas.
Macchiavelli sendiri menulis, "pengalaman telah menunjukkan bahwa hanya para raja dan negara republik yang memiliki angkatan perang berhasil baik, dan pasukan bayaran hanyalah mendatangkan kekalahan. Dan suatu republik yang memiliki angkatan perang sendiri kecil sekali kemungkinannya untuk ditundukkan oleh seorang warga rakyatnya dibandingkan dengan republik yang tidak mempunyai angkatan perang sendiri."