Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi Medik dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM mengingatkan memakai masker masih menjadi pencegahan COVID-19 termudah termasuk bagi pasien kanker yang mengalami masalah dalam sistem kekebalan tubuhnya.
"Tetap pencegahan yang paling penting adalah protokol kesehatan 3M, mungkin semua orang sudah bosan mendengarnya, tetapi kami tidak muak mengingatkan kembali. Itu menjadi kunci yang paling penting," ujar dia di Jakarta, Kamis.
Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) itu menyoroti semakin sulitnya orang-orang saat ini mengenakan masker karena berpendapat COVID-19 relatif lebih ringan dibandingkan waktu gelombang Delta beberapa waktu lalu.
Jeffry membenarkan COVID-19 saat ini relatif lebih ringan. Namun, ini berbeda halnya pada orang dengan masalah sistem imun atau immunocompromised.
Pada orang tanpa masalah kekebalan, gejala COVID-19 yang dirasakan dapat hanya batuk dan pilek. Tetapi, pada pasien gangguan sistem kekebalan seperti kanker, dapat lebih berat sehingga mereka perlu berhati-hati.
"Selain perlindungan dari masker, juga dengan pemberian imunisasi aktif," tutur dia.
Dia mengatakan, pemberian vaksin tetap akan memberikan manfaat bagi populasi kanker, untuk melindungi dari terjadinya COVID-19 atau berat. Vaksin secara aktif dapat merangsang sistem imun untuk pembentukan antibodi.
Di sisi lain, pada populasi tertentu khususnya pasien kanker, terdapat terapi imunisasi pasif seperti antibodi monoklonal yang mungkin dapat menjadi salah satu opsi bagi pasien tersebut untuk mendapatkan proteksi tambahan terhadap COVID-19.
"Ada beberapa kondisi pertahanan tidak cukup kuat karena ada faktornya kemoterapi dan lainnya, maka diberikan imunisasi pasif, yaitu diberikan tambahan dari luar," kata dia.
Antibodi monoklonal menargetkan Spike Protein Virus COVID-19 sebagai pencegahan (Pre-exposure Prohylaxis/PrEP) terhadap Infeksi SARS-CoV-26.
Berdasarkan penelitian, antibodi monoklonal dapat mencegah terjadinya infeksi COVID-19 pada kelompok rentan, salah satunya pasien kanker. Di sisi lain, antibodi monoklonal dapat memberikan perlindungan jangka panjang hingga enam bulan dan efektif melawan virus SARS-Cov-2 yang telah bermutasi.
Jeffry menambahkan, populasi yang rentan terhadap COVID-19, bukan hanya pasien diabetes, PPOK, tetapi juga populasi kanker yang perlu mendapatkan perhatian ekstra. Menurut dia, vaksin ditambah antibodi monoklonal dapat menjadi untuk proteksi tambahan bagi pasien kanker walaupun tetap yang utama menerapkan protokol kesehatan.