Yogyakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof Arief Nurrochmad mengatakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) bersama dengan big data berpotensi mempercepat pengembangan obat baru.
"Penggunaan big data dan AI berkembang begitu cepat sehingga meningkatkan penemuan target obat dalam kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Arief dalam keterangan resmi UGM di Yogyakarta, Sabtu.
Pandemi COVID-19, menurut dia, telah memaksa semua pihak memikirkan kembali cara mempercepat waktu penemuan dan pengembangan obat dan vaksin sehingga metode yang baru, efektif, dan lebih murah menjadi penting.
Arief mengatakan, produksi obat berbasis riset dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan ketersediaan obat.
Sementara, dia mengakui pengembangan obat baru membutuhkan proses panjang dan waktu yang lama mulai dari ide awal hingga peluncuran produk jadi.
Berita Terkait
Masata Sumsel fasilitasi pengembangan desa wisata
Minggu, 15 Desember 2024 18:05 Wib
Para dokter dunia kupas pengembangan sel punca serta terapi gen
Minggu, 10 November 2024 15:15 Wib
Pemprov Sumsel tuan rumah Rakornas Pengembangan SDM se-Indonesia
Jumat, 25 Oktober 2024 22:27 Wib
PGE Lumut Balai kawal pengembangan ekowisata Beranting River Tubing di OKU
Jumat, 25 Oktober 2024 4:30 Wib
Aspenku Sumsel sebut Pilkada juga beri ruang pengembangan pasar UMKM
Sabtu, 12 Oktober 2024 9:31 Wib
Sekda Sumsel hadiri rapat sinergi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah
Sabtu, 5 Oktober 2024 8:25 Wib
Masata ingin Bandara SMB jadi pintu masuk pengembangan wisata Sumsel
Kamis, 3 Oktober 2024 13:36 Wib
Inkubasi perseroan perorangan di Sumsel memacu pertumbuhan UMKM
Selasa, 1 Oktober 2024 22:49 Wib