Yogyakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof Arief Nurrochmad mengatakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) bersama dengan big data berpotensi mempercepat pengembangan obat baru.
"Penggunaan big data dan AI berkembang begitu cepat sehingga meningkatkan penemuan target obat dalam kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Arief dalam keterangan resmi UGM di Yogyakarta, Sabtu.
Pandemi COVID-19, menurut dia, telah memaksa semua pihak memikirkan kembali cara mempercepat waktu penemuan dan pengembangan obat dan vaksin sehingga metode yang baru, efektif, dan lebih murah menjadi penting.
Arief mengatakan, produksi obat berbasis riset dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan ketersediaan obat.
Sementara, dia mengakui pengembangan obat baru membutuhkan proses panjang dan waktu yang lama mulai dari ide awal hingga peluncuran produk jadi.
Berita Terkait
Fakultas Kedokteran Unsri gelar Bulan Bakti ISMKI 2024
Sabtu, 13 Juli 2024 20:50 Wib
Pj Bupati Banyuasin hadiri rakor pengembangan daya saing daerah
Rabu, 10 Juli 2024 8:31 Wib
BPDPKS-Kementan gelar pelatihan pengembangan SDM petani sawit di Sumsel
Minggu, 30 Juni 2024 21:27 Wib
Flashy manfaatkan digitalisasi untuk tangkap peluang ekspansi
Jumat, 14 Juni 2024 10:54 Wib
Sekolah Lansia Tunggu Tubang Muaraenim Sumsel menjadi percontohan
Sabtu, 8 Juni 2024 0:30 Wib
Menggabungkan sel puncadengan nanomedisin untuk pengembangan obat
Senin, 27 Mei 2024 10:47 Wib
Pengembangan nyamuk ber-wolbachia diterapkan di 6 kota, Palembang belum termasuk
Kamis, 21 Maret 2024 21:15 Wib
Industri perkapalan dibutuhkan dalam pengembangan perahu Pinisi
Kamis, 7 Maret 2024 23:15 Wib