Indonesia tunggu keputusan resmi terkait isu doping lifter China saat raih emas
Jakarta (ANTARA) - Indonesia masih menunggu keputusan resmi Komite Olimpiade Internasional (IOC), Badan Anti-Doping Dunia (WADA), dan Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo (TOCOG) terkait isu doping yang menjerat lifter China Hou Zhihui.
Sebagaimana diberitakan media India, Rabu, Hou Zhihui diisukan mungkin menggunakan doping saat meraih medali emas kelas 49 kg putri Olimpiade Tokyo, Sabtu (24/7). Apabila Hou terbukti positif doping maka itu menguntungkan dua lifter peraih perak dan perunggu.
Lifter India peraih perak Chanu Saikhom bisa naik ke posisi pertama dan meraih emas, sedangkan lifter Indonesia Windy Cantika Aisah berpotensi meraih perak.
Namun Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PABSI Hadi Wiharja tak mau berspekulasi lebih jauh karena pihaknya belum menerima informasi resmi soal kebenaran kabar tersebut.
“Memang belum ada berita secara resmi. Dari dokter kontingen Indonesia di Tokyo juga belum ada kabar,” kata Hadi saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Menurut Hadi, kepastian mengenai kemungkinan lifter China menggunakan doping bisa ditunggu sekitar sepekan mendatang. Hal itu disampaikan Hadi berkaca pada pengalaman Olimpiade 2000 Sydney ketika Lisa Rumbewas yang semula mendapat perunggu kelas 48kg dinyatakan berhak atas perak karena lifter Bulgaria peraih emas Izabela Dragneva positif doping.
“Kasus ini selalu ada di Olimpiade. Tapi ini pasti melalui proses yang sangat panjang minimal sepekan lebih karena ada ketentuan dari IOC, tuan rumah Olimpiade, dan WADA," kata dia.
"Jadi sampai saat ini belum ada keterangan resmi yang menyatakan doping (lifter China) ini benar terjadi," pungkas dia.
Sebagaimana diberitakan media India, Rabu, Hou Zhihui diisukan mungkin menggunakan doping saat meraih medali emas kelas 49 kg putri Olimpiade Tokyo, Sabtu (24/7). Apabila Hou terbukti positif doping maka itu menguntungkan dua lifter peraih perak dan perunggu.
Lifter India peraih perak Chanu Saikhom bisa naik ke posisi pertama dan meraih emas, sedangkan lifter Indonesia Windy Cantika Aisah berpotensi meraih perak.
Namun Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PABSI Hadi Wiharja tak mau berspekulasi lebih jauh karena pihaknya belum menerima informasi resmi soal kebenaran kabar tersebut.
“Memang belum ada berita secara resmi. Dari dokter kontingen Indonesia di Tokyo juga belum ada kabar,” kata Hadi saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Menurut Hadi, kepastian mengenai kemungkinan lifter China menggunakan doping bisa ditunggu sekitar sepekan mendatang. Hal itu disampaikan Hadi berkaca pada pengalaman Olimpiade 2000 Sydney ketika Lisa Rumbewas yang semula mendapat perunggu kelas 48kg dinyatakan berhak atas perak karena lifter Bulgaria peraih emas Izabela Dragneva positif doping.
“Kasus ini selalu ada di Olimpiade. Tapi ini pasti melalui proses yang sangat panjang minimal sepekan lebih karena ada ketentuan dari IOC, tuan rumah Olimpiade, dan WADA," kata dia.
"Jadi sampai saat ini belum ada keterangan resmi yang menyatakan doping (lifter China) ini benar terjadi," pungkas dia.