Palembang (ANTARA) - Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan dalam sebulan terakhir mendeteksi ratusan titik panas di sejumlah kabupaten dalam provinsi setempat yang berpotensi memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Direktur Eksekutif Walhi Sumsel M Hairul Sobri di Palembang, Senin, mengatakan titik panas tersebut perlu diantisipasi oleh masyarakat dan satgas penanggulangan karhutla dengan melakukan kegiatan pendinginan dan upaya pencegahan lainnya.
Menurut dia, titik panas yang terdeteksi melalui satelit Aqua, Landsat-8, dan NOAA itu sepanjang Mei ini saja lebih dari 100 titik yang tersebar di sejumlah kabupaten rawan kebakaran hutan dan lahan, seperti Ogan Komering Ilir, Banyuasin, dan Kabupaten Musi Banyuasin.
Keberadaan titik panas tersebut, jika tidak mendapat perhatian penanggulangannya bisa menjadi titik api yang dapat mengakibatkan bencana kabut asap dampak dari terbakarnya lahan pertanian, perkebunan, dan kawasan hutan.
"Dalam kondisi masih pandemi COVID-19, perhatian untuk penanganan wabah virus corona harus sama besar dengan karhutla, bencana kabut asap tidak kalah bahayanya dengan virus, karena dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat, bahkan bisa menyebabkan kematian," ujar Sobri.
Baca juga: Kabupaten OKU siaga kebakaran hutan dan lahan
Baca juga: Polda Sumsel sebar maklumat larangan membakar cegah kebakaran hutan
Sementara sebelumnya Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengungkapkan untuk mencegah terjadinya karhutla pada musim kemarau 2021, sejak dua bulan terakhir pihaknya bersama satgas gabungan penanggulangan karhutla melakukan berbagai tindakan antisipasi melalui operasi darat dan udara.
Beberapa kabupaten yang terdeteksi titik panas menjadi perhatian satgas gabungan dengan melakukan kegiatan pembasahan dan sosialisasi kepada masyarakat dan pihak perusahaan perkebunan untuk melakukan berbagai tindakan pencegahan serta menjauhi kegiatan pembakaran untuk alasan apapun.
"Melalui upaya ini dan partisipasi dari masyarakat serta pihak perusahaan perkebunan, diharapkan karhutla pada musim kemarau tahun ini bisa ditekan seminimal mungkin, sehingga bencana kabut asap dapat dihindari.
Baca juga: Jumlah titik panas di Sumsel mulai meningkat
Baca juga: Pengamat sebut komunikasi ke desa jadi kunci penanganan karhutla di Sumsel
Walhi Sumsel deteksi ratusan titik panas berpotensi picu kebakaran hutan dan lahan
Dalam kondisi masih pandemi COVID-19, perhatian untuk penanganan wabah virus corona harus sama besar dengan karhutla