Kabupaten OKU siaga kebakaran hutan dan lahan

id Siaga karhutla, musim kemarau, BPBD OKU, relawan api, bentuk posko

Kabupaten OKU siaga kebakaran hutan dan lahan

Dokumen - Petugas dari Manggala Agni Daops Banyuasin melakukan pemadaman kebakaran lahan saat simulasi pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di posko pemantau Pegayut, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Senin (30/7). Mereka berlatih untuk meningkatkan kesiapan Satgas Karhutla memadamkan titik api yang muncul di wilayah Ogan Ilir. (ANTARA News Sumsel/Nova Wahyudi/dol/18)

Baturaja (ANTARA) - Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan menetapkan status siaga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjelang musim kemarau pada Juli 2021.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ogan Komering Ulu (OKU), Amzar Kristopa di Baturaja, Minggu menjelaskan, penetapan status siaga ini mengingat OKU salah satu daerah di Sumsel yang rawan terjadi karhutla saat musim kemarau.

Berdasarkan hasil pemetaan terdapat 10 kecamatan di Kabupaten OKU rawan kebakaran hutan yaitu Kecamatan Pengandonan, Lubuk Batang, Muarajaya, Semidang Aji, Baturaja Barat, Baturaja Timur, Sosoh Buay Rayap, Peninjauan, Kedaton Peninjauan Raya dan Kecamatan Lengkiti.

Ke-10 kecamatan ini dipetakan sebagai daerah rawan karhutla karena masih banyak terdapat hutan serta lahan perkebunan milik masyarakat yang mudah terbakar saat musim kemarau panjang.

Seperti tahun lalu kebakaran hutan dan lahan terjadi di beberapa kecamatan tersebut dengan luas lahan pertanian yang terbakar lebih dari 20 hektare.

"Untuk titik panas atau hotspot atau titik panas pada 2019 lalu terpantau 25 titik. Yang paling banyak di Kecamatan Pengandonan dan Lubuk Batang," katanya. Oleh sebab itu, memasuki musim kemarau tahun ini pihaknya menetapkan status siaga agar peristiwa karhutla dapat ditanggulangi sedini mungkin.

BPBD OKU juga menyiapkan peralatan penanggulangan  termasuk membentuk posko di seluruh wilayah rawan bencana kebakaran hutan dan lahan.

Posko penanggulangan bencana ini dilengkapi personel dari BPBD OKU dan masyarakat peduli api yang bertugas memantau titik api melalui aplikasi Lapan, SiPongi dan Lancang Kuning selama 24 jam.

"Di setiap desa di OKU juga sudah terbentuk relawan peduli api yang mendapat pelatihan pendidikan dasar untuk penanggulangan bencana mendesak, seperti karhutla," ujar dia.