Tes genomik mungkinkan temuan variasi gen yang berisiko penyakit jantung

id kementerian kesehatan,kemenkes,penyakit jantung

Tes genomik mungkinkan temuan variasi gen yang berisiko penyakit jantung

Ilustrasi - PT Naleya Genomik Indonesia (NGI) bekerja sama dengan Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita untuk melakukan program penelitian dan pengembangan tes genetik talasemia di Indonesia. ANTARA/HO-NGI

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis jantung dari RS Jantung Pembuluh Darah Harapan Kita Bambang Widyantoro mengatakan, pemeriksaan genomik memungkinkan pengecekan profil genetiknya dan mencari tahu varian genetik yang rentan terhadap penyakit jantung di kemudian hari.

Dalam siaran tertulis Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa, Bambang mengatakan bahwa terkadang, dalam hasil cek kesehatan klasik seperti EKG dan tes treadmill yang dilakukan pada orang muda seperti di bawah 40 tahun, hasilnya bagus semua.

"Tapi ada yang belum bisa terdeteksi dari MCU tradisional ini, yaitu belum bisa mengetahui apakah seseorang punya bakat secara genetik untuk beresiko kena penyakit jantung koroner di masa yang akan datang," katanya.

Dia menjelaskan, semakin hari, semakin banyak orang-orang muda berumur 25-30 tahun yang kena serangan jantung koroner.

Selain itu, menurut dia, orang sering lebih mengerti tentang gejala-gejala berat seperti nyeri dada, penjalaran, keringat dingin, mual dan muntah, padahal banyak serangan jantung koroner yang gejalanya tidak khas.

"Bahkan ada gejala lain yang nyerinya bukan di dada, tapi nyerinya di ulu hati. Sehingga banyak sekali yang menyangka bahwa kayaknya sakit lambung nih, kayaknya sakit maag, gitu ya. Jadi ada gejala yang khas dan ada gejala yang tidak khas," katanya.

Oleh karena itu, dia menilai pentingnya mengenali faktor risiko penyakit jantung pada diri sendiri. Sebenarnya, kata Bambang, semua faktor risiko bisa dicek dan sebagian besar bisa dikendalikan, contohnya kadar gula darah, kolesterol, dan tekanan darah, serta gaya hidup.