Palembang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyiapkan dua unit helikopter pembom air (waterbombing) untuk menangani kebakaran hutan dan lahan di daerah itu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Iriansyah, mengatakan helikopter tersebut akan didatangkan secara bertahap dari BNPB pusat mulai pekan depan.
“Kami minta dua unit, tapi bisa jadi didatangkan tiga unit,” kata Iriansyah di Palembang, Rabu.
Ia mengatakan semua pihak yang tergabung dalam Satgas Penanganan Karhutla Sumsel tahun 2021 telah beberapa kali menggelar rapat koordinasi untuk penanganan efektif karhutla.
Semua pihak diminta serius dalam langkah-langkah antisipasi dan penanganan karhutla pada tahun ini.
Hal ini mengingat musim kemarau tahun ini merupakan kemarau kering yang rentan menyebabkan terjadinya karhutla.
“Kami pun bisa menggunakan kendaraan amfibi milik SAR jika memang diperlukan untuk penanganan karhutla,” ujarnya.
BPBD juga melibatkan TNI, Polri, Manggala Agni, Pol PP hingga regu pemadam kebakaran di hutan tanaman industri (HTI) dan Masyarakat Peduli Api.
Menurutnya, sarana dan prasarana bantuan dari Pemprov Sumsel untuk penanganan karhutla telah tersedia seperti mobil pemadam kebakaran, pompa, dan motor yang telah dimodifikasi.
Modifikasi tersebut untuk menuju kawasan kebakaran sulit dijangkau dengan mobil sehingga dapat mempercepat pemadaman di lokasi.
Alat Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pun telah dimintakan dari BNPB dan BPPT.
Pangdam II/Swj Mayjen TNI Agus Suhardi mengatakan helikopter diperlukan untuk penanganan karhutla yang aksesnya sulit ditembus dengan jalur darat.
“Mungkin kita akan gunakan udara untuk daerah yang sulit dijangkau. Peralatan yang digunakan untuk memadamkan api masih sama,” katanya.
Hanya saja, jumlah helikopter waterbombing ditambah lantaran sesuai prediksi kemarau di Sumsel kemarau yang lebih kering.
Kepala Stasiun meteorologi Bandara SMB II Palembang, Desindra, menjelaskan, secara umum puncak musim kemarau di Sumsel terjadi pada rentang Agustus hingga September.
“Bulan Juni puncaknya. Mei itu awal. Ada beberapa wilayah akhir Mei sudah masuk kemarau,” ujar Desindra.