Jakarta (ANTARA) - Faktor kelelahan menjadi masalah utama yang sering ditemui pada jamaah haji Indonesia yang berusia lanjut dalam menjalankan proses haji selama di tanah suci.
"Permasalahan utama bagi jamaah usia lanjut tentunya kemampuan fisik yang tidak sama dengan jamaah yang usianya lebih muda,” kata Wakil Koordinator Tim Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (P3JH) Kementerian Agama dr Mahesa Paranadipa dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Belum lagi ditambah permasalahan kesehatan yang sudah diderita ketika masih di Tanah Air. Sedangkan ibadah haji diutamakan kemampuan fisik dalam menjalani setiap prosesi haji, ujar dr Mahesa.
Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia mulai berdatangan ke tanah suci, baik di Madinah maupun langsung ke Mekkah melalui Jeddah. Indonesia masih satu-satunya negara dengan jumah jemaah haji terbanyak seluruh dunia yaitu lebih dari 200 juta orang, katanya.
Berdasarkan data Kementerian Agama, lebih dari 60 persen dari total jumlah calon jamaah haji Indonesia didominasi oleh jamaah dengan usia di atas 50 tahun.
Sekitar 72 ribu jamaah berusia 51-60 tahun, sekitar 43 ribu jamaah usia 61-70 tahun, dan sekitar 11 ribu jamaah di atas usia 71 tahun. Jumlah ini belum ditambah dengan tambahan kuota 10.000 jamaah.
“Sangat disarankan bagi jamaah, khususnya jamaah usia lanjut dan yang memiliki keterbatasan pada fisik untuk mengutamakan ibadah-ibadah wajib pada prosesi haji, untuk ibadah sunnah lainnya dapat dilakukan jika proses wajib telah dijalankan," kata Mahesa.
Namun seluruh petugas haji Indonesia yang ditempatkan di daerah-daerah rawan jamaah mengalami kelelahan dan masalah umum lainnya selalu siap siaga untuk melayani, membina, dan melindungi jamaah haji asal Indonesia.
Tim P3JH yang dibentuk oleh Kementerian Agama dengan berlatar belakang kompetensi kesehatan juga siap memberikan layanan umum lainnya bahkan seperti menggendong jamaah.