Muntok (ANTARA Sumsel) - Bupati Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung, Zuhri M Syazali, mengungkapkan budaya warisan turun temurun "nganggung" atau kenduri bersama untuk mempererat tali silaturahim, kini mulai menghilang terkikis modernisasi.
"Nganggung terkikis modernisasi, ini perlu langkah nyata pemerintah setempat untuk menumbuhkan kembali, karena kegiatan tersebut sarat nilai kearifan lokal," ujarnya di Muntok, Rabu.
Ia menjelaskan, budaya nganggung akan mulai dilestarikan dengan berbagai langkah strategis yang dikemas dengan masa kekinian, agar sesuai dan banyak diminati masyarakat.
"Mulai minggu depan kami akan memulainya dari beberapa Masjid di Muntok. Kami akan berkunjung ke setiap masjid untuk menunaikan ibadah shalat maghrib bersama warga, dan dilanjutkan dengan nganggung bersama," ujarnya.
Menurut dia, pejabat di lingkungan Pemkab Bangka Barat akan berkunjung ke setiap masjid dengan membawa bekal makanan sendiri-sendiri, begitu juga dengan masyarakat di sekitar masjid dan melakukan kenduri bersama setelah shalai Isya.
Ia menjelaskan, dalam kegiatan seperti itu, selain berkenduri akan diselingi dengan tanya jawab antara bupati dan warga, untuk mendengarkan masukan dari masyarakat mengenai kebutuhan yang nantinya akan disesuaikan dengan program pemerintah.
"Silaturahim atau mempererat tali persaudaraan seperti ini yang dibutuhkan pemerintah untuk menyukseskan pembangunan dalam upaya mewujudkan Bangka Barat yang mandiri dan sejahtera," ujarnya.
Ia mengatakan, yang membedakan nganggung versi ini dengan nganggung yang selama ini dilaksanakan, setiap ada pejabat pemerintah datang ke daerah, selalu masyarakat yang menyuguhkan menu makan.
Namun, dalam nganggung versi sekarang, pejabat juga wajib membawa makanan dalam rantang sendiri-sendiri, dan dibuka serta dimakan bersama-sama dalam kegiatan tersebut, sehingga tidak membebani masyarakat.
Ia mengatakan, dalam nganggung yang akan dimulai mulai minggu depan di beberapa masjid di Kota Muntok, sekaligus akan disalurkan bantuan sosial ke masing-masing masjid.
"Kami akan terus menumbuhkan nganggung karena dalam kegiatan itu komunikasi antarwarga berjalan lancar tanpa membedakan latar belakang, jabatan sehingga lebih laluasa membahas berbagai isu yang berkembang di masyarakat," ujarnya.
"Nganggung" merupakan sebuah budaya masyarakat Babel dalam rangka peringatan dan perayaan hari besar Agama Islam dan menyambut tamu-tamu yang dihormati masyarakat. Dalam kegiatan ini setiap keluarga atau setiap rumah menyediakan makanan untuk dibawa ke masjid atau balai pertemuan untuk dimakan bersama-sama.
Makanan dibawa masyarakat dengan menggunakan cara di-"anggung" atau dipapah di bahu dengan mengunakan dulang atau tampi yang ditutup dengan tudung saji terbuat yang dari daun pandan atau nipah khas Bangka yang warna dan motifnya serba khas daerah setempat.
Nanggung bisanya dilaksanakan pada hari besar agama Islam seperti setelah Sholat Ied, Maulid Nabi, Tahun Baru Muharram, Nisfu Sya'ban, Ruah, Isra' Mi'raj, Nuzulul Qur'an dan hari-hari besar Islam lainnya.
"Setelah peluncuran pertama program nganggung di masjid pada minggu depan, kami akan terus melakukannya sampai akhir masa jabatan 2015 seluruh masjid di Bangka Barat semuanya akan terkunjungi," katanya. (ANT)