Membangun "cultural resilience" pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara

id Cultural resilience,bidang pendidikan,ki hadjar dewantara,Asas Trikon

Membangun "cultural resilience" pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara

OIKN adakan pelatihan kepada kepala sekolah dan tenaga pendidik di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara untuk mengembangkan konsep pendidikan model baru di Kota Nusantara (ANTARA/HO-dokumen Otorita Ibu Kota Nusantara)

Di sisi lain, rakyat Indonesia harus berani, sanggup, dan mampu mewujudkan bentuk sendiri, isi sendiri, dan irama sendiri sebagai bangsa yang layak masuk dalam pergaulan dunia internasional sebagai bangsa yang memiliki kepribadian budaya sendiri.

Bangsa Indonesia bagi Ki Hadjar Dewantara, tidak harus menolak pengaruh-pengaruh kultural dari dunia luar umumnya, dunia Barat khususnya.

Jangan sekali-kali, Bangsa Indonesia harus mengambil sifat-sifat kebudayaan yang baik. Sebaliknya jangan memasukan bentuk, isi, dan irama dari luar yang tidak perlu.

Dengan demikian, rakyat jangan hanya meniru kebudayaan luar, tetapi diselaraskan lebih dahulu. Maksudnya, disesuaikan dengan rasa dan keadaan hidup Bangsa Indonesia. Inilah yang dinamakan “menasionalisasikan” budaya luar.

Ki Hadjar Dewantara mengamati banyak tokoh pergerakan kemerdekaan lahir dari pendidikan formal Barat yaitu kolonial, tetapi jiwa nasionalisme para tokoh tersebut tetap tinggi.

Desakan budaya Barat seperti Belanda dan Inggris ketika itu juga cukup deras karena mereka hidup di tengah-tengah Bangsa Indonesia, tetapi para tokoh bangsa tetap memegang teguh kebudayaan bangsa dengan jiwa nasionalismenya.

Ki Hadjar Dewantara menyebut peran keluarga dan masyarakat sekitar yang menyebabkan kebudayaan bangsa tetap melekat pada diri tokoh tersebut termasuk dirinya yang besar dari pendidikan Barat.